Selasa, 23 Desember 2008

AIR SETITIK

AIR SETITIK
Bagian I: Pengantar Perjalanan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ 

ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ 

لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ 

وَلَمۡ يَكُن لَّهُ ۥ ڪُفُوًا أَحَدُۢ

Allah Swt telah mengisyaratkan akan keesaan-NYA di dalam Al-Qur'an yaitu pada surat Al-Ikhlas ayat 1-4. Disana disebutkan bahwa:
Katakanlah: Dia-lah Allah yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang segala sesuatunya bergantung kepada-Nya.
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkkan.
Dan tiada satu apapun jua yang setara dengan Dia.

Ayat tersebut, sangat gamblang, jelas dan tegas menerangkan tentang ke Esa-an diri-Nya. Namun bagi kita umat manusia, yang menjadi titik permasalahannya adalah sampai berapa jauhkah penelitian, pembelajaran dan penelaahan kita tentang ke Esa-an Allah itu? 

Sesuatu yang kita jadikan keyakinan harus melalui pembuktian. Karena dengan pembuktian itu suatu keyakinan akan menjadi kokoh dan tidak akan pernah pudar ataupun bergeser.

Jika kita ditanya agamamu apa? Secepat kilat kita menjawab bahwa agama kita Islam.

Siapa Tuhanmu? Dengan cekatan kita menjawab Allah Tuhanku.
Siapa Nabimu? Tanpa ragu kita menjawab Muhammad Saw adalah nabiku.


Tapi hanya sebatas itukah pengetahuan kita tentang hal tersebut diatas? Tidakkah terpikir oleh kita untuk menanyakan kembali tentang kebenaran jawaban kita itu pada diri kita masing-masing?
Betulkah Islam itu agama kita?
Apa arti Islam itu yang sebenarnya bagi kita?
sudahkah kita merasakan buah daripada Islam itu pada amaliah kehidupan kita sehari-harinya?

Begitu pula dengan Allah,
Betulkah Allah itu Esa? Apa bukti yang dapat membenarkan tentang ke Esa-an-Nya itu?
Betulkah Allah itu Tuhan kita?

Sedangkan yang kita tahu kalau Allah itu suatu Nama, nama dari Asma'ul Husna. 
Tuhan itu sendiri adalah pangkat atau gelar derajat kebesaran-Nya. 



Mana ujud-Nya? Sebab didalam sifat-Nya yang 13, Wujud adalah sifat-Nya yang awal. Ada Nama ada Pangkat-Nya tentu ada Ujud-Nya. Mustahil Nama dan Pangkat akan berpisah dari yang empunnya Nama dan Pangkat.

Begitu pula dengan Muhammad yang kita akui sebagai nabi terakhir atau penutup dari segala nabi dan rasul yang diturunkan sebagai rahmat semesta alam.
Siapa Muhammad itu sebenarnya bagi kita?
Apa rahasianya bagi Allah dan bagi kita sendiri?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas adalah suatu cambuk bagi kta untuk terus menggali dan mencari tahu tentang kebenaran atas apa yang kita yakini selama ini. Hal ini akan menjadi sepele jika kita hanya menyimaknya sambil lalu, akan tetapi akan menjadi hal yang amat dahsyat dan mendasar apabila kita mau memikirkan dan merenungkannya dengan sungguh-singguh.

Betapa rugi dan sia-sianya hidup ini jika selama ini apa yang kita yakini itu ternyata salah dan keliru. Menganggap Tuhan yang sebenarnya bukan Tuhan, menganggap nabi dari yang sebenarnya bukan Nabi. begitu pula dengan Rasul, Malaikat, Kitab, Qiyamat, dan Akhirat.

Betapa bodoh dan hinanya diri kita ini jika sedangkal itu kita menyikapi masalah-masalah dasar yang menjadi landasan dan pondasi awal kita memeluk dan meyakini Islam sebagai agama yang kita sandang. Tidakkah semua itu pernah terlintas dalam benak kita semua? Sementara kita sendiri diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna dibanding makhluk- makhluk ciptaan-Nya karena Allah Swt telah meletakkan akal dan fikir sebagai pembeda antara kita manusia dengan makhluk ciptaan-Nya.

وَٱلۡعَصۡرِ

إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِى خُسۡرٍ 

إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. "

(Al Qur'an Surat Al-Ashr ayat 1-3)

Demikian pengenalan dasar ini kami sampaikan, dan kami sangat terbuka apabila anda berkenan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dalam rangka amar ma'ruf nahi mungkar untuk mencari diri yang sebenarnya diri.

Pada pembahasan Bab selanjutnya, kami akan menguraikan bab Pengenalan Diri yang lain.
Wallahu a'lamu Bis sawab.



Air Setitik Tim.
Diposting oleh Air Setitik Team di 8:25 AM  
Label:air setitik Allah, Asal muasal diri, Awal agama, Dzikir, Islam, Ma'rifat, Mengenal Diri, Muhammad, Nur MUhammad, Sufi, Syahadat, Takbir, Taubat, Tauhid 
6 komentar: 
tukangsate said... 

Salam Kenal
apakah semuanya perlu pembuktian, bukankah dalam beberapa hal terkadang kita hanya dituntut untuk percaya saja.
July 4, 2008 9:47 PM 
Air Setitik Community said... 

Saudaraku Tukang Sate, terima ksih atas tanggapannya.

Dalam tahap pemahaman Diri yang sebenarnya diri, hanya satu yang mempercayai dan dipercayai. Yang berkehendak dan dikehendakkan.

Semoga diri diperjalankan dalam Rahmat dan Nikmat.
July 5, 2008 3:57 PM 
kang kolis said... 

wahdatul wujud, bagi Arabi adalah upaya untuk benar-benar memurnikan tauhid yang sebenarnya. Baginya kalau kita masih menganggap ada yang lain selain Allah, berarti tauhid kita belum benar. Krn yang benar adalah bahwa yang ada hanyalah Allah, sedangkan yang kelihatan ada ini hanyalah bayangan Allah belaka.
Ciptaan ini pun tercipta bukan dari materi, tetapi manifestasi dari Zat-Nya yang memancar dari alam kegelapan sejak azali, sebelum adanya zaman, pancaran cahaya itulah yang membuat ciptaan ini menjadi nampak ada.
Bagaimana penjelasan anda? Terimakasih
July 6, 2008 7:49 PM 
Air Setitik Community said... 

Saudaraku Kang Kolis, terima kasih atas pemaparan wahdatul wujud seperti yang disampaikan Sufi Ibnu Arabi. 

Wahdatul Wujud adalah sejauh mana anda mengenal diri yang sebenarnya diri.

Semoga Nyaman dalam Rahmat dan Nikmat.

Wassalam.
July 13, 2008 6:01 PM 
masrobertk said... 

Apa sebenarnya makna sejatinya tauhid? Dimana letaknya? 

Terimakasih.
December 19, 2008 9:32 AM 
Air Setitik Team said... 

Salam Rahmat dan Nikmat saudaraku masrobertk,

Pertanyaan anda sangat mendasar sekali. Insya Allah, dengan mengenal diri yang sebenarnya diri, kita akan masuk kedalam ketauhidan tersebut. Silahkan meninggalkan email atau nomor telepon pribadi jika berkenan, mungkin kita lebih leluasa untuk bertukar pikiran.

Wassalam,

Airsetitik Team 

 
Berbicara mengenai pengenalan diri yang sebenar-benarnya diri tentunya tidak akan lepas kita dengan Dua Ilmu Allah, yaitu : 
Ilmu Tasawuf 
Ilmu Sifat 20 

Bagi orang yang awam, kedua Ilmu Allah itu sangat ditakuti, sebab katanya salah-salah kita mengkajinya maka kita akan menjadi gila.
Sesungguhnya pandangan seperti itu sangatlah keliru besar….!, seandainya itu memang terjadi pada setiap santri yang mengkaji kedua Ilmu Allah itu, maka dapat dipastikan bahwa apa yang dikajinya itu sangatlah keliru dan menyimpang dari kaidah yang sebenarnya. Justru Agama kita sangat menganjurkan kepada kita untuk masuk dan mempelajari kedua ilmu Allah itu dengan baik dan benar, karena kedua ilmu itu yang akan dapat menghantarkan diri kita untuk sampai kepada pengenalan akan diri dan tuhan yang sebenarnya.

Dibawah ini adalah beberapa dasar yang menerangkan tentang perlunya kita untuk mengenal diri, yaitu Sbb : 

"Sesungguhnya diri anak Adam itu adalah dosa yang besar, terkecuali ia mengetahuinya".
(Hadits Rosulullah Saw)

"Barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya ia akan mengenal akan tuhannya mengenal akan tuhannya niscaya binasalah dirinya".
(Hadits Qudsy)

"Barang siapa menuntut jalan kepada Allah dengan lain dari pada mengenal akan diri dengan sebenar-benarnya pengenalan, sesungguhnya sesat yang amat jauhlah ia dengan tuhannya".
( Ijma ulama )

"Aku adalah gudang yang tersembunyi, aku suka jika aku dikenal, lalu aku ciptakan makhluk supaya ia mengenal akan aku".
(Hadits Qudsy) 

Bermula mengenal diri yang sebenar-benarnya diri itu, adalah ketahui dahulu olehmu akan sifat-sifat wajib bagi Allah yang 13 dan 7 sifat Allah yang ada pada dirimu.

Sedangkan jalannya adalah Tasawuf. Apa sesungguhnya Tasawuf itu……..????.

Baik kita mulai dari Sifat-sifat wajib bagi Allah yang 13 dan 7 sifat Allah yang ada pada diri kita, Sbb :

Sifat Nafsiyah.
Sifat Nafsiyah artinya Sifat yang wajib bagi Zat, yaitu: 
Wujud. 

Jika ada sifat Nafsiyah, tentunya juga akan ada Diri Nafsiyah, bagaimana menurut anda?

Sifat Salbiyah.
Sifat Salbiyah artinya Sifat menolak yang tiada layak bagi Zat , yaitu : 
Qidam
Baqa 
Mukhalafatuhu ta’ala lil khawadits 
Qiyamuhu ta’ala binafsih 
Wahdaniyat. 

Jika ada Sifat Salbiyah tentu akan ada pula Diri Salbiyah, bagaimana menurut anda?.

Sifat Ma’ani.
Sifat Ma’ani artinya berdiri ia kepada yang mawujud, yaitu : 
Qudrat……Kuasa 
Iradat ……Berkehendak 
Ilmu……...Tahu 
Hayat…….Hidup 
Sama……..Mendengar 
Basyhar…..Melihat 
Kalam…….Berkata-kata. 

Jika ada sifat Ma’ani tentu akan ada juga Diri Ma’ani, bagaimana ini menurut anda?

Sifat Ma’nawiyah.
Sifat Ma’nawiyah artinya yang wajib bagi Zat, dikarenakan dengan sesuatu sebab, yaitu 
Qodirun ………… yang Kuasa
Muridun………… yang Berkehendak 
Alimun ………… yang Mengetahui 
Hayyun ………… yang Hidup 
Sami’un …………yang mendengar 
Basyhirun ……….yang Melihat 
Muttakallimun … yang Berkata-kata. 

Jika ada sifat Ma’nawiyah tentu akan ada pula Diri Ma’nawiyah, bagai mana ini menurut anda?

Silahkan anda simak dan renungkan dengan baik, apa dan bagaimana maksudnya, kalau ada sifat nafsiyah, sifat salbiyah, sifat ma’ani dan sifat ma’nawiyah tentu juga akan ada yang disebut dengan diri nafsiyah, diri salbiyah, diri ma’ani dan diri ma’nawiyah.  

Sedangkan Tasawuf itu sendiri adalah jalannya. Secara garis besar tasawuf itu bagi kami tdak ubahnya seperti proses perjalanan 3 huruf hijaiyah Jim, kha, dan kho. ( ج , ح , خ ).

Huruf Jim. ( ج )
huruf jim itu titiknya ada didalam huruf, maksudnya mengisyaratkan kepada kita bahwa pada diri manusia itu penuh dengan dosa dan kesalahan, penuh dengan nafsu-nafsu keakuan. Seakan-akan seluruh aktivitas kehidupan ini menjadi kuasa manusia semata.
Merasa manusia yang kuasa, manusia yang berkehendak, manusia yang mengetahui, manusia yang hidup, manusia yang mendengar, manusia yang melihat dan manusia yang berkata kata, perasaan-perasaan yang seperti ini akan timbul dikarenakan ketidak tahuan kita tentang siapa diri kita ini yang sebenarnya.

Allah Swt berfirman didalam Hadits Qudsy, menyerukan kepada seluruh manusia yang beriman kepadanya untuk melihat kebelakang, melihat dan mempelajari tentang asal muasal diri ini ……. (masuk pada jalan pertama untuk berawaluddin ma’rifatullah).

Huruf kha. ( ح )
Huruf Kha itu sama sekali tidak memiliki titik, baik itu didalam huruf maupun diluar huruf. Maksudnya mengisyaratkan kepada kita semua tentang sebuah kebimbangan dan keragu-raguan yang akan membawa diri kita pada suatu pertanyaan besar dan mendasar yang membutuhkan jawaban segera dan pasti.
Siapakah sebenarnya tuhan itu dan siapakah sebenarnya diri ini…..?, sekiranya aku ini tuhan dimanakah hamba itu….?, begitu pula sebaliknya sekiranya aku ini hamba dimanakah tuhan itu….?.
Untuk menjadikan tolak ukur yang pasti dan menjadikan dasar pegangan dalam kehidupan ini, Allah Swt telah berfirman didalam Hadits Qudsy yang berbunyi :

”Kenalilah akan dirimu niscaya kamu akan kenal dengan-Ku”.
(ini adalah janji Allah kepada kita, dan sangat mustakhil jika Allah akan ingkar janji)

Allah Swt juga berseru: 

”Jangan kamu mencari Aku karna Aku sudah laitsya pada dirimu dan pasti engkau tidak akan Pernah menemukan Aku, tapi cari taulah engkau tentang siapa dirimu yang sebenarnya” (masuk pada jalan kedua untuk berawaluddin ma’rifatullah).

Huruf Kho ( خ )
Huruf Kho itu titiknya berada diluar huruf, maksudnya mengisyaratkan kepada kita bahwa, apabila rahasia Allah itu telah sampai padamu maka tidak akan pernah ada lagi keragu-raguan lagi atas dirimu seluruhnya menjadi pasti.

Allah Swt berfirman didalam Al-Qur’an : "Setiap sesuatu yang bernyawa pasti akan mengalami kematian".

Didalam Hadits Qudsy, Allah Swt juga berfirman : 

"Rasakanlah olehmu Mati sebelum kematian yang sebenarnya itu kamu rasakan (datang padamu. Jika engkau akan datang kepada-Ku, maka matikanlah seluruh rasa yang ada pada dirimu dan kembalikan semuanya kepada-Ku". 

Sesungguhnya dirimu itu sebenarnya sudah mati sejak awal yaitu,ketika dirimu terlahirkan kedunia yang fana /lenyap/hancur dan binasa ini namun oleh karma pada dirimu itu bersemayam rasa dan perasaan yang bermahkotakan nafsu, maka kamu merasa hidup……. (masuk pada jalan ketiga untuk berawaluddin ma’rifatullah).

Selain dari keterangan diatas dapat juga diurai berdasarkan huruf-hurufnya yang ada pada kata-kata TASAWUF, yaitu :

Ta……( ت )
Shot…...( ص )
Waw…..( و )
Fha……( ف )

Adapun pengartiannya kurang lebihnya adalah Sbb :

Huruf Ta ( ت )
Huruf Tha itu adalah Tajrid, artinya Menghilangkan
Apa yang dihilangkan…..?, yaitu : 
Tajrid kepada Dunia 
Tajrid kepada Manusia 
Tajrid kepada Hawa Nafsu. 

Huruf Shot ( ص )
Huruf Shot itu adalah Shafa, artinya Bersih.
Apa yang dibersihkan…..?, yaitu : 
Bersih dari keinginan Dunia 
Bersih dari pada amarah dan senantiasa bersyukur, sabar dan tabah. 
Bersih dari pada da’wa sangka selain dari pada Allah Swt. 

Huruf Waw ( و )
Huruf waw itu adalah Wafa, artinya memelihara.
Apa yang dipelihara……?, yaitu:
Memelihara Syareat 
Memelihara, menuntut pahala 
Memelihara dari pengenalan selain kepada Allah Swt. 

Huruf Fha ( ف )
Huruf Fha itu adalah Fana, artinya Lenyap atau Hapus.
Apa yang difanakan……?, yaitu : 
Fana Ilmu 
Fana Ain 
Fana Haq 
Fana Af’al 
Fana ASma 
Fana Sifat 
Fana Zat. 

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai tasawuf berdasarkan huruf-huruf yang dikandungnya.

Dengan kita mengetahui arti tasawuf, diri kita akan menjadi ( Men- Zat-di ) Faqir, yaitu: 
Fha ( ف ) itu Fana /hapus 
Qop ( ق ) itu Qona’ah/ rutin 
Ra ( ر ) itu Ridho/ikhlas. 

Demikian dahulu kajian kita pada kesempatan ini, semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan Rahmat dan Nikmat-Nya sehingga kita didalam kesehariannya senantiasa didalam keadaan Nyaman, Nyaman yang senyaman-nyamannya.

Kepada teman-teman yang sudah terlalu lama menunggu dan menantikan episode ini melalui Air Setitik, maka pada kesempatan yang berbahagia ini dan dengan segala kekurangan serta kelemahan yang ada pada kami, kami menghaturkan ampun dan maaf yang sebesar-besarnya, semoga saja kajian yang kami sampaikan ini akan bermamfaat bagi kita semua ter utama sekali bagi diri saya pribadi sebagai penulis sekaligus penyampai.

Sebagai manusia tentunya kita tidak akan pernah luput dari khilaf dan salah, untuk itu sekiranya ada penyampaian kami yang keliru dan keluar dari norma dan kaidah Agama, maka dengan senang hati kami siap menerima pembetulannya, semoga kajian ini menjadikan Ibadah……….. amin ya robbal ‘alamin. 


Air Setitik Team
 
Edisi Ramadhan 1429 H/ The Edition of Ramadhan 1429 
Kajian khusus Ramadhan 1429H dalam rangka menanggapi komentar dan pertanyaan saudaraku Sharudin dari Malaysia. Khususnya dalam konteks "Benarkah Allah Swt itu Esa?" edisi sebelumnya. 

Kami yakin apa yang saudaraku pertanyakan, saudara sudah mengetahuinya. Akan tetapi tidak mengapa, rasanya ada baiknya jika kita kaji ulang guna menyamakan persepsi saja. Jika didalam kajian nanti ada kesamaan, mari kita jaga sebaik-baiknya. Namun jika ada perbedaan-perbedaan hendaknya jangan menjadikan pertentangan bagi kita.

Pada komentar dan pertanyaan anda mengatakan:

"Dalam usia yang baliq hakiki....Allah seharusnya bukan merupakan imaginasi. Dia juga bukan sesuatu yang maya. Dia juga bukan sesuatu yang fana. Sesuai dengan ilmu Kalam, Dia adalah sejelas-jelasnya ujud. Manusia yang maya, manusia yang di dalam fantasy, manusia tidak ada kalau Allah tidak ada. Ini merupakan pertanyaan yang menyangkut keberadaan. Untuk lebih jelas mari kita amati perumpamaan baju sutra yang terbuat dari kain sutra. Sutra diolah menjadi benang kemudian menjadi kain, sebelum akhirnya manjadi baju. Baju ada karena nama, tapi sutra ada karena Dzat. Apakah boleh disamakan kewujudan pada nama dan kewujudan pada Dzat?"

Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillah. Wasyukurillah. Walla khaula walaku wata illa billah...amma ba'du. 

Marhabban yaa Ramadhan. Marhabban yaa ahlan wa Syahlan.

Terima kasih sebelumnya kami ucapkan kepada saudaraku yang ada di Malaysia. Juga salam Rahmat dan Nikmat dalam kehampaan bagi saudara-saudaraku dimana saja berada. Ulasan dan komentar saudaraku sangat menarik dan sungguh ini adalah sesuatu yang baik sekali dalam rangka pencerahan khususnya bagi jiwa-jiwa yang gersang, tandus, dan haus akan siraman hikmah...didalam perjalanan bathin.

Tidak semua orang dapat mengadakan perjalanan bathin. Terkecuali mereka yang beroleh hidayah dari Allah Swt.

Konsep awal tentang keesaan Allah Swt sudah teramat sering kami ketengahkan. Bahwa:

"Setiap benda pasti ada namanya. Mustahil benda ada tapi namanya tidak ada. Begitu pula sebaliknya. Ada nama sudah pasti ada bendanya. Mustahil ada nama tapi bendanya tidak ada. Jika itu terjadi tentu sangat bersalahan. Bukankah Allah Swt didalam mencipta selalu saling berpasangan. Ini isyarat bagi yang mau berpikir. Mengambil iktibar dibalik seluruh penciptaanya."

Diawal sudah dikatakan bahwa: Yang sejatinya itu sebenarnya sutra atau baju? Baju ada karena nama tapi sutra ada karena Dzat. apakah boleh disamakan kewujudan pada nama dan kewujudan pada dzat? Sekilas kita melihatnya tentu berbeda, tetapi jika lebih jauh melihatnya...betulkah keduanya berbeda?

Untuk mengulasnya hendaknya kita harus lebih arif, bijak dan ekstra hati-hati. Karena salah menarik kesimpulan dalam memahaminya, maka syirik khafi, syirik jalli, dan syirik khafi al khafi siap menyambutnya.

Baju ada karena nama, yaitu sutra. Makanya disebut baju sutra. Sedangkan sutra itu sendiri ada karena dzatnya. Coba kita ambil lagi perumpamaan lain yang lebih nyata dan jelas. Manusia melihat dengan mata, tanpa mata dunia akan gelap gulita. Kita mendengar dengan telinga, tanpa telinga dunia akan sunyi dan hening adanya. Coba kita renungkan. Apakah yang melihat itu mata? Apakah yang mendengar itu telinga?

Jika benar yang melihat itu mata dan yang mendengar itu telinga, maka bagaimana dengan jenazah (orang mati)? Dia punya mata lengkap tapi melihatkah ia? Ia juga punya telinga lengkap tapi mendengarkah ia? Jawabannya kami serahkah kepada anda lebih jauh dari itu.

Coba kita lihat dalam diri kita. Sebelum kita dijahirkan, apakah bisa dikatakan kita ada? Begitu pula setelah kita mati, bisakah kita dikatakan ada? Silahkan cerna dan renungkan.

Sebab kalau kita membicarakan tentang dzat, maka dzat murni atau dzat mutlak Allah Swt tersebut adalah yang tersembunyi dari yang tersembunyi (yang diupamakan dengan dzat sutra), tapi kalau yang sembunyi dari yang tersembunyi itulah yang diupamakan baju sutra. Sedangkan pengetahuan tentang dzat itu sendiri adalah suatu keajaiban dari keberadaannya. 

Karena ia luluh didalam dirinya sendiri atau musnah dan lenyap didalamnya. Jika dipilah berdasarkan tingkatannya maka tingkat ini adalah tingkat penyerapan diri sendiri yaitu suatu tingkatan dimana diri sendiri akan terserap ke dalam dzat.

"Janganlah kamu memikirkan Dzatnya tetapi pikirkanlah faedahnya" (Al-Hadits).

Demi jiwa yang ada didalam genggamannya, jujur kami katakan bahwa kewujudan pada nama dengan kewujudan pada dzat itu pada hakekatnya sama saja, karena sama-sama diwujudkan. Justru menurut kami yang teristimewa itu adalah siapa yang mewujudkan asma atau nama dan dzat itu sendiri.

Karena dzat itu adalah dzatnya, nama itu juga namanya. Itu sebab benda dan nama itu adalah satu kesatuan yang tiada terpisahkan. Dan penyebab adanya nama dan dzat itulah yang kami maksud tersembunyi dari yang tersembunyi, bukan yang sembunyi dari yang tersembunyi. Begitu pula kita menyikapi akan diri kita.

Manakah diri yang sebenar-benarnya diri. Apakah yang nyata yang terlihat oleh mata jahir ataukah yang ghaib yang yang tersembunyi tidak nampak.

Bila nyata adanya maka dimana kenyataannya dan bila ghaib dimana keghaibannya. Karena sesungguhnya manusia itu sendiri pada hakekatnya satu saja. Bila banyak bersuku-suku, berkaum-kaum, dan berbangsa-bangsa maka itu tidak lain adalah karena sifat menyifatnya saja. Sama saja kita mengupas bawang, kita kupas dan kupas pada akhirnya bawangnya itu sendiri tidak ada, yang ada kulitnya saja...Begitu pula dengan Allah.

Allah itu adalah nama dan Tuhan itu adalah pangkat atau gelar kebesarannya. Mana orangnya? Silahkan anda jawab sendiri. Kami hanya dapat mengantarkan anda sampai disini saja. Selebihnya terserah anda.

Allah dalam menciptakan seluruh alam ini cukup satu kali saja, sampai kiamat ia tidak menciptakan apa-apa lagi. Membuat manusia cukup dengan manusia saja, membuat hewan cukup dengan hewan saja, menciptakan air cukup satu kali saja, seumur hidup dunia tidak akan ada habis-habisnya.

Coba lihat ruh-ruh manusia hanya satu kali saja, tidak bertambah da tidak berkurang. Segalanya satu kali saja tiada berbilang. Orang ahlul akhirat satu kali saja cukup. Satu kali mensyuhud cukup. Satu kali mati cukup. Satu kali tahu cukup. Semua serba satu bukan serba dua lagi.

Semua kerja baik ibadat maupun yang lainnya tiada jahat, 

tiada neraka, 

tiada itu dan tiada ini...

semua tiada apa-apa, 

semua langgeng, 

semua rahmat, 

semua nikmat,

semuanya Allah,

semuanya Tuhan,

semuanaya Nur,

semuanya Dzat,

dan semuanya!

aku dan aku!

aku dan aku!

akhirnya sunyi tiada huruf,

tiada suara,

semua kembali ke asal...


Inilah maqam penelanjangan Tuhan. 


Asal Tuhan itu tiada berhuruf, 

tiada bersuara, 

bukan cahaya, 

bukan benda, 

dan bukan materi, 

bukan dzat, 

bukan sifat, 

bukan asma, 

dan bukan af'al.


Bukan Allah,

bukan Muhammad,

bukan Adam,

dan bukan semua-semuanya.


Pada penghujung perjalanan, semua itu hanya sebutan dan akuan saja adanya. Jika demikian, siapa yang ada?

(Tanyakan ahlinya yang boleh menjawab)




Wallahu a'lam Bissawab.

Ramadhan 1429H




Air Setitik Team
 
Air Setitik/ A Drop of Water 

Mengenal satu dari yang banyak. To know the one from pieces. Mengenal banyak dari yang satu. To know the pieces from one. Mengenal satu dari yang satu. To know the one from one. Mengenal diri. To know yourself.
Saturday, July 19, 2008
Chapter III: Introduction to “Self Journey”-Is Allah The Real One? 
Lo! religion with Allah (is) the Surrender (to His Will and guidance). Those who (formerly) received the Scripture differed only after knowledge came unto them, through transgression among themselves. Whoso disbelieveth the revelations of Allah (will find that) lo! Allah is swift at reckoning.
(Q.S. Ali Imran 19)

And whoso seeketh as religion other than the Surrender (to Allah) it will not be accepted from him, and he will be a loser in the Hereafter.
(Q.S. Ali Imran 85)

Going through those verses carefully, we are automatically inspired to find out what lies behind them. Why is Allah firmly saying that the most complete and perfect religion is Islam?

What is Islam for us and our life? 

It is the fact that numerous people embrace Islam as “given” by the family, relatives or environment. It is also fact that some embrace Islam for the sake of legal paper. This is to illustrate that there is such quality in taking it for granted and only words count for numerous Moslems. If that’s the case, then we have to review again ourselves and find out if we are on track. 

Have we taken the right path of Islam?
Are Moslems simply because of syahadat pledge? 

If we are still in that level, we would suggest you to seek help from ulama.

Allah explains on the hadits qudsi:
"Awalludin ma'rifatullah" 

The beginning of religion is to know Allah. We are not considered of people having believe until we really know the true Allah and all good deeds have been done will not be acceptable.

How to know Allah?


Allah answers:
“Know and find my secret as it is in you. Because my secret has been in you. Only you have not known”.

Have I been closer to you more than you to your own neck’s vein? So close that you can never see. That’s the symbolism you have to think about.

There are three ways to the journey of knowing Allah: 

Know the origin of your creation. You were from non existence and by Allah Qudrat and Iradat you were existed and you will be back to non existence. 

Know “your self”, the real you. 

“Kill yourself” in maknawiyah context, as it will lead you into the level of insanul kamil mukamil(more than perfect).

Allah says on hadits qudsi:


“Find me, if you find me then “I will kill you”, after I kill you then you “die”, and after you die I will replace you by “me”.”
“ Those who know themselves, will know Allah. Knowing Allah, die the “selfness”. “ 

Prophet Mohammad says:

" Adam was from the big sins, and any sinful man is nothing compares to know Allah, no matter how obedience he is, it is like body and soul, the true secret of Allah is within Allah’s secret.”


“That’s Islam which is pure or fitrah. Meaning that all activities and deeds will be aimed to the purity."

Because pure or fitrah is the essence of our “ True Self”. The “True Self” which is immortal.
"You take the knowledge from the death, your knowledge will die. You take the knowledge from the immortal, your knowledge will be everlasting.”


Waulahu a'lam bissawab.






Pearl of Wisdom

My hamba, you do not have anything, except anything I decide to be yours. Nor you possess anything, because I am the great creator. You do not have your body, because I made it. Only with my favor you could stand and with my words you were born into the universe.
My hamba, say…there’s no god but me, and then stand still walking the true path, so there is no god but me, no existence but me, and others but me are merely my creations of my hands and from my whispered soul. 

My hamba, anything is mine, never take anything belongs to me, bring all back to me, and I will return it to you with my hands, with my mercy. Lay your life on me and I will save you from any harm.

The truth is, you have known whom you have seen and you will be back to me. And I created others, and put hijab over you. And you will be covered with your own. And I cover you with “selves” which they call out themselves and build hijab towards me.
Go to yourself, after you believe in me, have you counted on me and have you kept your promise made before your creation?

My hamba, I created anything for you, how I could take it if you give yourself to other. You can not count on anything but me.

My hamba, I could not take it when you give yourself to other thing, although you expect heaven, as I created you only for me, to be by my side.

My hamba, I created you from my own blue print, being one, listen and see, and willing to say my names and my kingdom.

My hamba, you are where I see, no barrier between you and me. You are sitting in one table with me and there is no distance between. I am closer to you than your spoken words, look at me because I love to look at you.


Regards to all of you who have visited Air Setitik. May all Rahmat and Nikmat will take us in comfort….in living our ocean of life.


Air Setitik Team

Diposting oleh Air Setitik Team di 6:29 PM 10 komentar  
Label:air setitik Allah, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tauhid 
 
Bagian III: Pengantar Perjalalan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 
"Sesungguhnya agama yang syah pada pandangan Allah ialah Islam".
(Q.S. Ali Imran 19)

"Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi."

(Q.S. Ali Imran 85)


Menyikapi dua dari sekian banyak firman Allah Swt yang senada dengan yang tersebut diatas, tentu saja akan timbul tanda tanya besar dalam hati kita. Apa sesungguhnya hikmah yang tersirat dibalik ayat-ayat tersebut?
Kenapa begitu tegasnya Allah Swt menyatakan bahwa: Satu-satunya agama yang syah dan sempurna, penyempurna dari semua agama Allah yang ada ialah Islam.

Apa sesungguhnya Islam itu bagi kita dan bagi kehidupan umat manusia didunia ini?


Jujur kita katakan bahwa sebagian dari kita memeluk Islam itu hanya karena ikut-ikutan saja, misalnya kakek-nenek Islam, paman-bibi Islam, ayah-ibu Islam, maka dengan spontan kita menyatakan bahwa agama kita Islam juga. Atau bisa juga ketika membuat KTP(Kartu Tanda Penduduk) untuk mengisi format agama, tanpa ragu kita menyatakan agama Islam.
Demikian diantaranya contoh-contoh Islam yang hanya sekedar ucapan dan prasyarat suatu identitas tanpa mau merenungkan mengapa kita memilih Islam sebagai agama yang kita ikuti dan kita anut. Jika memang demikian keadaannya, maka sudah sepantasnyalah keislaman yang kita banggakan dan melekat sebagai identitas diri itu perlu kita ragukan dan kita pertanyakan keabsyahannya. 

Sudah benarkah Islam kita?
Apakah sudah dianggap Islam diri kita dengan hanya sekedar mengucapkan dua kalimah syahadat saja?


Jika memang masih ada keraguan, alangkah baiknya kita mencari kyai atau ulama untuk dapat mengislamkan kembali diri kita dalam artian minta bimbingan dan petunjuk tentang Islam yang sebenarnya.
Allah Swt telah berfirman dalam hadits qudsi: 

"Awalludin ma'rifatullah"

Awal agama adalah mengenal Allah. Selagi kita belum dapat mengenal Allah dengan sebenar-benarnya pengenalan, maka tetap kita dipandang orang yang tidak beragama/ belum beragama. Dengan demikian seluruh ibadah yang telah lakukan dan yang akan kita lakukan tetap dipandang tidak syah.

Bagaimana caranya kita dapat mengenal Allah itu? 


Allah Swt memberikan jawaban:

"Kenalilah, carilah, Sir atau rahasia diriku didalam dirimu. Karena Sir atau rahasiaku sudah ada dalam dirimu. Hanya kamu tidak mengetahuinya."

Bukankah Allah itu dekat bahkan teramat dekat dari pada urat lehermu sendiri, begitu dekatnya aku denganmu. Maka kamu tidak akan dapat melihat urat lehermu sendiri. Itulah mantik yang harus engkau renungkan wahai saudaraku.

Adapun jalan untuk untuk mengadakan pengenalan kepadanya, ada tiga jalan yang harus dilalui setahap demi setahap karena tanpa menempuh tiga jalan itu kamu tidak akan pernah sampai kepadanya. Jalan itu adalah:
Ketahuilah olehmu asal muasal kejadian dirimu. Bukankah tadinya kamu itu tidak ada lalu dengan Qudrat dan Iradatnya kamu diadakan, dan dengan Qudrat dan Iradatnya pula pada masa yang telah ditentukan, kamu akan dikembalikan kepada ketiadaan.
Ketahuilah olehmu siapa dan bagaimana dirimu itu sebenarnya(Mengenal Diri).
Mematikan Diri. Mati dalam artian maknawiyah, karena hanya dengan kematian maknawiyah seseorang akan mencapai derajat insanul kamil mukamil(sempurna diatas sempurna).

Allah berfirman dalam hadits qudsi:

"Carilah aku olehmu, bila kau temukan aku maka akan aku bunuh engkau, setelah aku bunuh maka matilah engkau, dan setelah engkau mati maka aku gantikan engkau akan diriku."

"Barang siapa mengenal dirinya maka niscaya akan dikenal Tuhannya. Dikenal Tuhannya, binasalah dirinya."

Nabi Muhammad juga bersabda:

" Bermula Adam itu dosa yang lebih besar, maka tiap-tiap diri(tubuh) yang berdosa tidaklah sempurna untuk mengenal Allah, walaupun bagaimana berbaktinya tetap tidak sempurna karena berbakti itu adalah umpama diri(tubuh) dengan ruh, maka dari itu ketahuilah sir (rahasia) Allah yang sebenar-benarnya didalam rahasianya yang ada".

Itulah Islam, Islam itu artinya suci atau fitrah. Maka seluruh aktifitas atau amaliah hidup ini akan bermuara pada kesucian.

Karena suci atau fitrah itu tiada lain dan tiada bukan adalah dirinya sendiri. Dan dirinya itulah diri yang sebenar-benarnya diri yang hidup , tiada akan pernah mati.

"Kamu peroleh ilmu dari yang mati maka ilmumu mati. Namun jika kamu peroleh ilmu itu dari yang hidup, maka ilmumu akan hidup dan tiada akan pernah mati."


Waulahu a'lam bissawab.





Mutiara Ilmu untuk Renungan
Wahai hambaku, engkau tiada memiliki sesuatupun, kecuali yang aku kehendaki untuk menjadi milikmu. Tiada juga memiliki dirimu, karena akulah maha penciptanya. Tiada pula engkau memiliki jasadmu, akulah yang membentuknya. Hanya dengan pertolonganku engkau dapat berdiri dan dengan kalimatku engkau datang kedunia ini.


Wahai hambaku, katakanlah tiada tuhan melainkan aku, kemudian tegaklah berdiri dijalan yang benar, maka tiada tuhan lain melainkan aku, tiada pula wujud yang sebenarnya kecuali untukku, dan segala yang lain selain dari padaku adalah dari buatan tanganku dan dari tiupan ruhku.

Wahai hambaku, segala sesuatu itu adalah kepunyaanku, bagiku dan untukku, jangan sekali-kali engkau merebut apa yang apa yang menjadi kepunyaanku. Kembalikan segala sesuatunya itu kepadaku, niscaya akan aku buahkan pengembalianmu dengan tanganku, dan kutambahkan padanya dengan kemurahanku. Serahkanlah segala sesuatu itu kepadaku, niscaya kuselamatkan engkau dari dari segala sesuatu .

Ketahuilah wahai hambaku, sesungguhnya engkau mengenal siapa yang telah engkau lihat dan kepadakulah engkau akan kembali. Kemudian aku ciptakan segala sesuatu untukmu dan aku labuhkan tirai (hijab) atasmu. Lalu engkaupun tertutup dengan tirai dirimu sendiri. Kemudian aku menghijab engkau dengan diri-diri yang lain, yang mana diri-diri yang lain itu menyeru pada dirinya dan menjadi penghijab daripadaku.

Maka telitilah dirimu, setelah engkau mempercayaiku, sudahkah engkau mengembalikan segala sesuatu itu kepadaku. Dan sudahkah engkau memenuhi perjanjian yang telah engkau buat denganku.

Wahai hambaku, kuciptakan segala sesuatu itu untukmu, maka bagaimana aku akan rela kalau engkau peruntukkan dirimu bagi sesuatu itu. Sesungguhnya akau melarang engkau untuk menggantungkan dirimu pada sesuatu selain aku.

Wahai hambaku, aku tidak rela engkau peruntukkan dirimu bagi sesuatu, walau harapanmu akan syurga sekalipun, karena sesungguhnya aku ciptakan engkau hanya untukku, supaya engkau berada disisiku.

Wahai hambaku, kuciptakan engkau atas pola gambarku seorang diri, tunggal, mendengar, melihat, dan berkemauan untuk menyatakan nama-namaku dan tempat untuk pemeliharaanku.
Wahai hambaku sekalian, engkau adalah sasaran pandanganku, tiada dinding penghalang yang memisahkan antaraku dan antaramu. Engkau teman duduk semajelis denganku maka tiada pembatas antaraku dan antaramu. Aku lebih dekat kepadamu daripada ucapan lisanmu, maka pandanglah kepadaku karena aku senang memandang kepadamu. 

Salam untuk seluruh rekan yang mengunjungi Air Setitik. Salam Rahmat dan Nikmat yang kita jalin bersama menjadi keNyamanan dalam mengarungi samudera dunia....



Air Setitik Tim
Diposting oleh Air Setitik Team di 9:49 AM 2 komentar  
Label:air setitik Allah, Asal muasal diri, Awal agama, Dzikir, Islam, Ma'rifat, Mengenal Diri, Muhammad, Nur MUhammad, Sufi, Syahadat, Takbir, Taubat, Tauhid 
 
Sunday, July 6, 2008
Chapter II: Introduction to A Self Journey-Is Allah The Real One? 
In our first chapter( please scroll down for the English version of first chapter published last month), "Air Setitik Team" pointed some fundamental questions with suggestion, encouragement and strong emphasis for us to ponder!
Those questions, encouragement and strong emphasis were vital in order to enable us to look back, to question what Allah has counted on our existence. What is our main role? Being born as an innocent by Allah's qodrat and iradat, walking the lifelines in this mortal earth, and back to Allah in the end.

Let's think this over, Our existence is from Non Existence. Then We were existed. And in turn we will be back into Non Existence...Where do we go after all?

We will take this opportunity to explore bit by bit on " Allah The Real One" topic with the hope that the subject is not only an imagination and assumption but something that will be more enlightening. We will do as much to cover questions, comments and feedback given by all of you on our first chapter of the first edition.
To find the answer of "Is Allah The Real One?", we will start with "The secret of Allah in creating man". Allah created man not without reasons, these are in fact are among the secrets themselves. And when we discover them, we will be drowned into the real belief, and the truth revealed. Until finally we are in haqqul yaqin that Allah is The Real One. And we see the truth from the truth, not only imagination and assumption. 
When we we say " Yes, Allah is The Real One",
One in Dzat,
One in Name,
One in Attribute,
One in A'fal,
Attributes and haqiqat shall never be put in Allah. In Allah, the source of Rahmat and Ni'mat lies, Allah is the upmost secret from secret, But the Allah shall be free from all secrets...and this is Tauhid. Never look for Allah as Allah has been in you, but Allah is alone one,
Not in your hair,
Not in your skin,
Not in your flesh,
Not in your vein,
Not in your blood,
Not in your bones,
Not in your brain,
Nor in your marrow.
But Allah is in our inner mind,
Not in sounds,
Not in Words,
No traces,
Is in emptiness, in tranquility....None but Allah


And Islam is pure...

Wallahu a'alam bi sawab,

Air Setitik Team
Diposting oleh Air Setitik Team di 10:03 AM 7 komentar  
Label:air setitik Allah, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tauhid 
 
Bagian II: Pengantar Perjalanan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 
Pada bagian pertama, "Air Setitik Tim" banyak mengemukakan dan mengetengahkan pertanyaan-pertanyaan dasar yang sifatnya himbauan, ajakan dan seruan yang ditujukan kepada kita semua tanpa kecuali!
Himbauan, ajakan dan seruan itu semata-mata hanya sekedar mengingatkan pada diri kita untuk mencoba menghitung mundur, melihat dan menerawang kembali ke belakang, merenungkan kembali apa sesunggguhnya yang telah diletakkan dan dipertaruhkan oleh Allah SWt kepada diri kita.
Apa sesungguhnya tugas utama kita selaku seorang anak manusia yang dengan qodrat dan iradatnya kita semua terlahirkan dari rahim seorang ibu. Untuk selanjutnya menapakkan kaki berjalan dan melangkah pasti dimuka bumi ini. Hingga pada suatu masa kelak sesuai dengan yang telah ditentukannya, kita semua akan kembali kepadanya.

Coba kita renungkan, adanya kita ini diawali dengan ketiadaan, kemudian diadakan, pada akhirnya nanti kita semua kembali ke ketiadaan. Kemana kiranya kita nanti?

Pada bagian kedua ini dan pada bagian yang akan datang, kita akan mencoba mengurai lebih lanjut menegenai ke-Esa-an Allah secara bertahap dan berkesinambungan. Sehingga pokok bahasan yang kita kupas benar-benar jelas dan tidak hanya sebatas angan belaka. Kami juga secara tidak langsung berupaya menjawab dan menanggapi komentar dan masukan yang telah masuk ke "Air Setitik Tim".
Sebagai langkah awal untuk menjawab pertanyaan "Betulkah Allah itu Esa?" ada baiknya kita mulai dengan sedikit mengungkap "Rahasia Allah Swt dibalik penciptaannya atas diri seorang anak manusia".
Allah Swt dalam mencipta diri seorang anak manusia bukannya tanpa maksud dan tujuan, akan tetapi ada makasud-maksud dan tujuan-tujuan tertentu yang menjadi rahasia dibalik penciptaannya.Yang mana ksemuanya itu kelak pada akhirnya akan bermuara pada satu titik kebenaran yang nyata, yang dapat membuahkan dan menghantarkan diri kita untuk masuk dan tenggelam dalam samudra keyakinan dan pembuktian atas ke-Esa-an dirinya. Hingga yang kita harapkan kita semua dapat melihat dengan jelas tanpa sangka dan angan-angan mengenai ke-Esa-annya.

Kelak pada akhirnya dengan keyaqinan yang kokoh atas dasar pembuktian akal dan pikir kita adapat berkata "Benar Allah Swt itu Esa".
Esa dalam Zatnya
Esa dalam Asmanya.
Esa pada Sifatnya.
Esa pada Af'alnya.
Tiada sifat menyifat atas dirinya, tiada hakikat menghakikatkan atas dirinya. Dan pada dirinyalah berhimpun segala Rahmat dan Nikmat.Dan pada dirinyalah yang terahasia dari yang rahasia namun rahasia itu sendiri tidak akan pernah ada pada dirinya. Itulah Tauhid.

Jangan dicari lagi karena ia sudah laitsya pada dirimu. Namun ia sendiri tidak bertempat,
Ia tidak dibulu.
Ia tidak dikulit.
Ia tidak didaging.
Ia tidak diurat.
Ia tidak didarah.
Ia tidak ditulang.
Ia tidak juga diotak dan tidak di sumsum.

Namun ia ada di inti bathin dari bathin seorang hamba,
Tidak bersuara.
Tidak berkalimah.
Tidak berbekas.
Dia hanya ada didalam keheningan dan kehampaan dirinya sendiri.

Dalam Islam adalah suci atau fitrah.

Wallahu a'lamu bi sawab.


Air Setitik Tim. 
Diposting oleh Air Setitik Team di 8:04 AM 2 komentar  
Label:air setitik Allah, Asal muasal diri, Awal agama, Dzikir, Islam, Ma'rifat, Mengenal Diri, Muhammad, Nur MUhammad, Sufi, Syahadat, Takbir, Taubat, Tauhid 
August 2008 
June 2008 
Home 
Subscribe to: Posts (Atom) 
Air Setitik Community
Air Setitik Team
Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia
View my complete profile 
Kumpulan jiwa-jiwa yang menempuh perjalanan pencarian dan pengenalan diri yang sebenarnya.
The community of individuals in their journey to find themselves.

Contact us at
Blog Site: http://airsetitik.tk/, or http://airsetitik.co.cc/
Email : air_setitik@yahoo.com, or air.setitik@yahoo.com
Skype : air.setitik


Air Setitik Archive
▼ 2008 (12) 
▼ June 2008 (2) 
Bagian I: Pengantar Perjalanan Diri-Benarkah Allah...
Chapter I: Introduction to A Self Journey-Is Allah...
► July 2008 (4) 
► August 2008 (4) 
► September 2008 (1) 
► December 2008 (1) 
Air Setitik Message


 
Air Setitik Translator


 
Air Setitik TrafficLive Traffic Feed 
 
Air Setitik/ A Drop of Water 

Mengenal satu dari yang banyak. To know the one from pieces. Mengenal banyak dari yang satu. To know the pieces from one. Mengenal satu dari yang satu. To know the one from one. Mengenal diri. To know yourself.
Sunday, August 31, 2008
Chapter V: Introduction to “Self Journey”-Is Allah The Real One? 
There are three ways to know allah in which we have to take each seriously. This is the only way for "hamba" to experience the real journey of finding the "True Self". We ourselves serve as tool on the journey.

The three ways of knowing allah described as follows:

1. To know the origin of mankind. From non existence, to existence, and will be back to non existence.

As allah explains:
"You (man) should think of your origin of creation".


2. To know the "Real Self", who we really are (To know ourselves).

Allah explains on hadits qudsy:

"Man who knows his "true self" will know allah, and whoever knows allah..will be vanished all of his man-ness and be in him allah".

3. To kill the "man-ness". This "kill" word does not mean the body or death body context but more in "maknawiyah" one. Allah says on the hadits qudsy:

"Feel the death (of the man-ness) before you die".

"Whoever does not kill his/ her "man-ness" shall never know allah".


Those are the steps that a "hamba" has to take to reach allah.

"I am hidden and I'd love to be recognized...and I created universe( and man) to know my existence".


First Step - To know our origin of creation. (from non existence, to existence and back to non existence)


Before we go on our discussion, we differentiate between the origin of creation of "hamba" and "insan".

On "hamba", the elements of earth, water, wind, and fire are pointed out as those are the characters of "hamba". While "insan" (human) has elements of "waddu", "waddi", "mani" and "manikam" and these elements are characters of "insan".


The followings are also the characters of "Insan":
Hayat: hair, skin, flesh, blood, vein, bone, brain and marrow.
Ilmu: senses, desire, inner, logic, knowledge, secrets.
God: Zat(Essence), Sifat(Character), Asma(Name), Af'al(Deeds).
Allah: Iman, Islam, tauhid(One-ness), and ma'rifat.
Ta'ala: One-ness of Zat, One-ness of Sifat, One-ness of Asma, and One-ness of Af'al.
Muhammad: to live, to know, having will, to move
This edition will only cover the origin of the creation of "Insan". The creation of "Insan" for us is the process of the creation of the elements (waddu, waddi, mani, manikam) during our parents' making love phase. Among the elements, only manikam is the true essential element. This element was uniquely born with man (not woman). This element essentially stays in man's brain. Inside brain there is a fat, inside fat there is oil, inside the oil there is 'nur', inside 'nur' there is 'nur aqli', inside 'nur aqli' there is 'hijabun nur'. And manikam stays inside 'hijabun nur'.


Manikam has 40 days period:


First 7 days is on man's brain.
The next 7 days is on the backbone stays on our back.
The next 7 days is on our breastbone.
The next 7 days is on umbilicus.
The next 7 days is going down to "sulbi".
The next 5 days is going to the genital.


And to drop to woman's uterus called "taraib". Manikam will be in womb for 9 months 9 days, this reflects the 'Asmaul Husna" (Names of Allah) and also known as journey of 99.


It is only called manikam when it drops to woman's uterus. This successfully dropped manikam, is named nur muhammad or roh idhofi or syahadat...from 'ilmu view.


The following is the summary of the process:
Earth of origin.
Man's sperm.
Sperm amalgamation.
Blood.
Bones.
Flesh and tissues.
"Ruh"

Those seven process reflects:
7 characters of man.
7 body points of sholat(prayer)
7 days in a week.
7 prominent stars.
7 oceans.
7 layers of the sky.
7 layers of the earth.
7 type of hells.
7 types of heaven.

And many others to mention. Within 40 days the manikam at uterus, the woman will stop having period. After 4 months, it is has life and movement. The stopped blood of the woman will be "tembuni". 

The manikam on woman's uterus:

1 day 1 night: the dzikir is Hu.

3 days 3 nights: the dzikir is Allah.

7 days 7 nights: the dzikir Innallah.

40 days 40 nights: the dzikir is Turobbunnur.

4 months 4 days: the dzikir is Subhanallah

6 months 6 days: the dzikir is Alhamdulillah.

8 months 8 days: the dzikir is Allahu Akbar.

9 months 9 days: the dzikir is Inna ana amanna.

Inna ( The truth, in fact)

Ana(I am)

Amanna (saved, faithful)

This is the origin of creation of the "air zatullahu akbar".

Some references on the origin of the creation of man:
Abdullah Ibnu Abbas Ra from Prophet PBUH: "Allah created universe from the light of your prophet".
Syech Abdul Wahab As-Syarani Ra: " Ruh prophet Muhammad PBUH was created from Allah"Dzat, and Ruh of the universe was created from the light of Muhammad PBUH".
Prophet Muhammad PBUH: "I am the father of "Ruh" and Adam is the father of "body".
Allah ta'ala: "I created "Insan" Adam from the earth, the earth is from the water, the water is from the wind, the wind is from the fire, and the fire is from the light of Muhammad". " It has come from Allah ta'ala : The light".

And to the light is the destination of all 'aulia' and 'ambiya' to know Allah. But we must bear in mind, when we reach the light, we have to 'fana' the light into 'wajibul wujud' one. So that we never worship 'the light' but allah-the wajibul wujud. In this context 'the light' is only the medium to reach Allah.

" You (the faithful), be afraid of Allah and look for the wasilah(the medium) that could help you reach god. Be firm on Allah's way so that you will get victory". (Al Quran).

Oher important points related to the origin of man is the elements from Muhammad, father, and mother :
God's elements to Muhammad are: 'Sir'(secret), mind, love, sight, hearing and other senses.
Go's elements to father are: vein, bone, brain and marrow.
God's elements to mother are: hair, skin, blood, and flesh.
God's element: hayat (life).

We will discuss the second step on our next edition.



Air Setitik Team.
Diposting oleh Air Setitik Team di 12:44 PM 8 komentar  
Label:air setitik Allah, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tauhid 
 
Bagian V: Pengantar Perjalalan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 
Bermula untuk mengadakan pengenalan kepada allah swt itu hanya ada tiga jalan. Yang mana ketiga jalan itu harus dilalui satu per satu dengan baik dan istiqomah. Karena hanya dengan ketiga jalan itulah yang dapat menghantarkan seseorang hamba untuk sampai kepada hakekat pengenalan yang sebenarnya. Sedangkan kendaraannya adalah diri kita. 
Ketiga jalan itu adalah sebagai berikut:
1. Mengenal asal muasal kejadian diri. Dari tiada, menjadi ada, dan pada akhirnya kelak kembali kepada ketiadaan. 
allah swt berfirman di dalam al qur'an: 
"Hendaknya kamu(manusia) memikirkan asal muasal dirimu".

2. Mengenal jati diri sejati, siapa sebenarnya diri kita ini (mengenal diri).

allah swt berfirman dalam hadits qudsy:

"Barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya ia akan mengenal tuhannya. Dan barang siapa mengenal akan tuhannya maka binasalah ujud dirinya dan tuhan akan ada didalamnya".

3. Mematikan diri. Mati disini bukan mati secara jenazah, akan tetapi mati disini adalah mati dalam artian ma'nawiyah.

allah swt telah berfirman didalam hadits qudsy:

"Rasakanlah mati sebelum engkau mati".

"Barang siapa yang tidak mematikan dirinya, maka tidak akan dia dapat beroleh pengenalan kepadaku".

Demikianlah langkah-langkah yang harus dilalui seorang hamba untuk dapat sampai kepada allah dan karam bersamanya.

"Aku adalah gudang yang tersembunyi, maka aku suka jika aku dikenal. Lalu aku ciptakan makhluk (manusia) supaya mengenal aku". (hadits qudsy)

Jalan Pertama

Mengenal asal muasal kejadian diri( dari tiada, menjadi ada, dan pada akhirnya kelak kembali kepada ketiadaan).

Sebelum kita mengupas tentang asal muasal kejadian diri itu, satu hal hendaknya yang harus kita ketahui yaitu kita harus memilah antara asal muasal hamba dengan asal muasal insan (manusia). Sebab dari kedua hal tersebut diatas pengupasannya sedikit berbeda.

Kalau hamba itu isinya tanah, air, angin, api..karena keempat anasir itu adalah sifat hamba. Sedangkan insan (manusi) itu isinya waddu, waddi, mani dan manikam..karena keempat anasir itu adalah sifat insan(manusia).

Begitu pula dengan:
Sifat hayat, isinya: bulu, kulit, daging, urat, tulang, otak, dan sumsum.
Sifat ilmu, isinya: pengrasa, hawa, nafsu, akal, pikir, ilmu pengetahuan dan rahasia.
Sifat tuhan, isinya: zat, sifat, asma, dan af'al.
Sifat Allah, isinya: iman, islam, tauhid, dan ma'rifat.
Sifat ta'ala, isinya: tauhidu zat, tauhidu sifat, tauhidu asma, tauhidu af'al.
Sifat muhammad, isinya: hidup, tahu, berkehendak, dan bergerak.

Pada kesempatan ini, kami hanya mengkhususkan tentang pengupasan asal muasal insan( manusia) saja. Adapun asal kejadian insan/ anak adam (manusia) itu sebagaimana yang sudah sama-sama kita ketahui, bahwa kejadiannya dikarenakan berprosesnya kedua orang tua (ibu-bapak kita) didalam melakukan hubungan badan (bersenggama/ bersetubuh).
Saat persetubuhan itu berlangsung, keempat anasir yang merupakan sifat insan (manusia) itupun berproses juga. Dari keempat anasir itu hanya manikamlah yang merupakan cikal-bakal insan. Dan manikam itu sendiri hanya dimiliki oleh laki-laki, perempuan tidak. Adapun istana manikam itu pada otak laki-laki.

Didalam otak itu ada lemak, didalam lemak itu ada minyak, didalam minyak itu ada nur, didalam nur itu ada nur aqli(akal), dan didalam nur aqli itu ada hijabun nur. Dan didalam hijabun nur itulah manikam.

Masa manikam itu 40 hari, yaitu:
7 hari pertama manikam itu berada di istananya
7 hari kemudian manikam itu turun pada tulang belakang dan bertahan pada punggung kita.
7 hari kemudian berada pada tulang dada.
7 hari berikutnya berada pada pusat.
7 hari kemudian turun pada sulbi.
5 hari kemudian berpindah pada zakar/ kalam (kemaluan laki-laki).

Untuk kemudian jatuh pada rahim seorang perempuan bernama "taraib". Untuk selanjutnya dikandung selama 9 bulan 9 hari. Ini juga mengisyaratkan tentang 99 nama Allah (Asmaul Husna) dan juga mengisyaratkan tentang perjalanan 99 yang ada.

Dikatakan manikam apabila ia jatuh rahim perempuan, jika tidak jatuh pada rahim perempuan, maka tidak bisa dikatan manikam. Karena manikam inilah yang bernama nur muhammad, atau ruh Idhofi atau syahadat dalam pengertian ilmu.

Adapun rangkaian prosesnya adalah sbb:
Rangkaian tanah asal.
Air mani laki-laki.
Pencampuran sperma.
Segumpal darah.
Tulang belulang.
Daging pembungkus.
Ruh.

Tujuh rangkaian tersebut diatas juga mengisyaratkan tentang:
7 sifat pada manusia.
7 anggota dalam sembahyang.
7 hari dalam seminggu.
7 bintang yang besar.
7 lautan yang besar.
7 lapis langit.
7 lapis bumi.
7 neraka.
7 syurga.

Dan banyak lagi yang menyatakan jumlah ataupun hitungan 7 itu.

Tatkala manikam itu sampai 4o hari lamanya didalam tara'ib perempuan, maka berhentilah darah haid yang biasa dialami oleh seorang perempuan. Hal ini dikarenakan sebab tertutupnya peranakan oleh manikam tadi.

Baru setelah 4 bulan manikam itu berada didalam rahim, ia bernyawa(bergerak). Darah haid yang berhenti karena tertutup oleh manikam, pada bulan kelima menjadi tembuni (ari-ari). Peristiwa ini seluruhnya berlangsung didalam rahim. Dan tatkala sampai pada masanya lahir, maka darah haid yang berhenti pada 40 hari sebelum manikam itu bernyawa(bergerak) itulah yang akan menjadi darah nifas. Manikam yang dikandung oleh perempuan pada masa:

1 hari 1 malam : pujinya Hu

3 hari 3 malam: pujinya Allah

7 hari 7 malam: pujinya Innallah

40 hari 40 malam: pujinya Turobbunnur

4 bulan 4 hari: pujinya Subhanallah

6 bulan 6 hari: pujinya Alhamdulillah

8 bulan 8 hari: pujinya Allahu Akbar

9 bulan 9 hari: pujinya Inna ana amanna

Inna: Sessungguhnya

Ina: Saya (Aku)

Amanna: (aman(Iman)

Inilah asal kejadian "air zatullahu akbar".

Beberapa dasar yang melandasi tentang asal muasal kejadian diri:
Abdullah Ibnu Abbas Ra dari Nabi Saw: "Bahwa sesungguhnya Allah ta'ala menjadikan dahulu daripada segala sesuatu yaitu Nur nabimu".
Syech Abdul wahab As -Syarani Ra berkata: "Sesungguhnya Allah ta'ala menjadikan Ruh Nabi Muhammad itu daripada zatnya dan dijadikannya ruh sekalian alam dari pada nur Muhammad saw".
Nabi Muhammad Saw bersabda: "Aku bapak dari sekalian ruh dan adam itu bapak dari sekalian batang tubuh". Adapun lembaga Adam itu dijadikan oleh Allah Swt daripada tanah.
Allah ta'ala berfirman didalam Al Qur'an: " Aku jadikan insan Adam itu dari pada tanah, dan tanah itu dari pada air, dan air itu dari pada angin, dan angin itu dari pada api dan api itu dari pada nur Muhammad". "Sesungguhnya telah datang kepadamu dari Allah ta'ala yaitu: nur".

Dan kepada Nur itulah perhentian perjalanan segala aulia dan ambiya yang mursalin mengenal Allah ta'ala. Akan tetapi bila sudah sampai kepada nur, maka fanakanlah nur itu pada zat yang wajibul wujud, supaya jangan sampai hamba itu semata-mata bertuhan kepada nur. Akan tetapi hendaklah tetap bertuhankan kepada allah zat wajibul wujud.

Dengan begitu maka nyata nur itu hanya wasilah kita untuk dapat sampai kepada Allah ta'ala.

"Hai orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan carilah wasilah (perantara) yang bisa menyampaikan kamu kepadanya dan hendaklah kamu bersungguh-sungguh dijalnnya, supaya kamu dapat kejayaan". (Al Qur'an)

Hal lain yang tak kalah pentingnya didalam pengenalan asal-muasal kejadian diri adalah anasir-anasir yang ada pada dirimu. Baik anasir dari Muhammad, dari bapak, dari ibu, sebagai berikut:
Anasir tuhan pada muhammad meliputi: sir, budi, cinta dan rasa atau penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengrasa.
Anasir tuhan pada bapak meliputi: urat, tulang, otak dan sumsum.
Anasir tuhan pada ibu meliputi: rambut(bulu), kulit, darah, dan daging. Satu anasir dari tuhan yaitu hayat(nyawa)

Tulisan mendatang adalah Jalan Kedua yaitu mengenal diri sejati, siapa sebenarnya diri kita ini (mengenal diri).

Wallahu A'lamu Bissawab.



Air Setitik Team
Diposting oleh Air Setitik Team di 9:24 AM 0 komentar  
Label:air setitik Allah, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tauhid 
 
Tuesday, August 5, 2008
Chapter IV: Introduction to “Self Journey”-Is Allah The Real One? 
The origin of faith is to know Allah, god of the universe, to whom man depend upon in every wishes and hope. Man shall have no faith unless he knows the true Allah with the true paths.

It means that all of our good deeds are not counted unless we know to whom we devote those to. Meanwhile, speaking of god, we only know the name and the attributes so far.

"Allah" is the unity of letters that makes the word of name we believe and on top of all the existence.

Let's explore more....

What and Who is "Allah"?

For the sake of Dzat of which all are under. "Allah" is just a name. One of names known as Asmaul Husna. While "God" is just a title. Then we go ask ourselves, have we taken the right path? Devoted ourselves to a name and a title? Have we ever thought of the one having the name and the title?

For the sake of Dzat of which all are under. It has been a common sense that whenever there is a name, it has the title and vice versa. And it must be visible. It is mpossible, an existence without name and title. The name, the title and the Possesor are uniquely united.

Never think that Allah is invisible...na uju billahi min jalik...

The truth is that Allah is visible, and the man himself is invisible. And it is our objectives to know the real Allah, the true one. Not only name and title. What and Who is Allah?

It is a waste of time we spend when we fail to know Allah. To know Allah, the name, the title, and the possesor...ma'rifat is our aim.

With ma'rifat, we know that all deeds and this mortal episode are done in right track. We have to take this seriously in order to save us from syirik. Thinking that all we have done have been in right path and we took them for granted.

It is often that the truth is there is a wall that keeps us from the real truth. Unconsciously, we are trapped into particular syirik jalli, khafi, and khafi wal khafi.

Syirik jalli pertaining the deeds.
Syirik khafi pertaining our will.
Syirik khafi wal khafi pertaining "selfness" and senses.
We must get rid of them as those will block our journey to find "the truth". Only to release the"selfness", we will get closer to it.

Let's start our discussion, with the spirit if finding the truth, no other desires and you may speak up when you find our explanation to be true. When you find it unappropriate, forget and throw it away.

As said earlier, "Allah" is just a name of an entity. Our part is to find the answer of the entity.

For the sake of Dzat which all under. The sound of "Allah" never exists if man do not pronounce it. As man says the name, then Allah exists.

Allah says:
" I am right here in my hamba's mind, with -he-myself".

Meaning that:

If hamba does not think of my existence then I never existed. But since hamba says that's Allah (exists) than I exist.

In other words:

If Allah exists, hamba never exists. And if hamba exists then Allah does not. Because if we are hamba who is Allah? and if I am Allah who is hamba?

Please think this deeply. Go and ask the expert if you are in doubt.

The most acceptable answer is from yourself. That's ma'rifat.

Below is piece of writings as reference:

The sound "Allah" is made up from letters of Alif, font Lam, end Lam and Haa in which these appeared in the stage of early Kun which Syahadat and Taubat introduced. Also during the stage the appearance of four letters Alif, Nun, Mim, and Tha that caused the maqom(level) of journeys (99) which the highest maqom is eight (8). This maqom is known as the maqom of khas...or knowledge of Allah Ta'ala...or the Journey of the Prophet Rasulullah Saw (The explanation of maqom 8 is only well thoroughly presented in Air Setitik Community Members).

The appearance of Alif, front Lam, end Lam and Haa when Allah appeared in Goibul Hawiyah stage. 

In Gaibul Mutallaq stage , Allah had Dzat, Sifat, Asma and Af'al with. Also Allah created Charecter of Nur and created two names which are Kun Sa and Kun Dzat.

Kun Sa is the point of Nur Muhammad at the top of Arasy that cover sven layers of sky and created one name: Name of early BNur Muhammad.

While Kun Dzat is the point of Nur Muhammad at the bottom of Arasy that cover seven layers of the earth created one name: name of early mankind.

The arasy itself is neither in the sky, nor in earth. The arasy is in us. 

Dzat goes with Alif.
Sifat goes with front Lam.
Asma goes with end Lam.
Af'al goes with Haa.
And those made sound of "Allah":

Alif is Dzat for Allah, Secret for Muhammad and Light for Us.
Front lam is Sifat for Allah, Body for Muhammad, and Soul for Us.
End Lam is Asma for Allah, Knowledge for Muhammad, and Heart for Us.
Haa is Af'al for Allah, Deeds for Muhammad, and Body for Us.

From this simple illustration, we could draw a line to the idea of "Oneness" of Allah, that is Allah. One in Dzat, Sifat, Asma and Af'al.
Dzat is the entity.
Sifat is the visual.
Asma is the name.
Af'al is the deeds.

Meaning, the word "Allah" is just a name, our name since we were 3 months 10 days in our mother's uterus. and Ta'ala is our name when we are 8 months 10 days.


Wallahu a'lam bissawab.

Piece of Thought

Dear Friend...
Take ma'rifat as an asset of which you are never in loss.
And your mind and source of your next steps.
and Ridho is the destination.
Dear Friend...
Love is the breath of life.
Longing feeling is tool to come to Allah.
Dear Friend...
Take sadness as your best friend.
Your fortitude is your wealth.
Your poverty is your pride.
Dear Friend...
To stand up for the right is your daily deeds.
Knowledge is your weapon for victory.
your patience is your outfit.
Faith is your most delicious food.
Dear Friend...
The most beneficial deed is control yourself.
Honesty is your media.
Loyalty is your measure.
Quality share and passionate entertainment is your pray.
Dear Friend...
If this words go to your comprehension.
You will be enlightened.
Throw your anchor, drown yourself...into Allah immortal appearance.
Air Setitik Team
Diposting oleh Air Setitik Team di 3:37 PM 14 komentar  
Label:air setitik Allah, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tauhid 
 
Bagian IV: Pengantar Perjalalan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 

Bermula agama itu ialah dengan mengenal akan Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tempat seluruh umat manusia(baik yang beriman maupun yang tidak) bergantung dari segala harapan dan pengharapan. 

Dan tidaklah dipandang dan dianggap seseorang itu beragama sebelum ia mampu dan dapat mengenal Allah sebaik-baik dan sebenar-benarnya pengenalan. Jika demikian dapat dipastikan bahwa seluruh ibadah dan peribadatan yang dulu kita lakukan hingga sekarang dan sampai pada masa yang akan datang dianggap tidak syah karena arah yang tidak pasti ibadah dan peribadatan itu akan ditujukan kemana. 

Sementara yang kita tahu, yang kita yakini selama ini hanya sebatas dan sekedar nama saja tanpa tahu sebenarnya yang punya nama dan ujudnya. Dengan demikian sia-sialah apapun yang kita lakukan.

"Allah" adalah himpunan huruf-huruf hijaiyah yang berangkai dalam satu kesatuan kata yang kita imani dan yakini sebagai nama dari Tuhan yang teramat sakral, dan diatas dari segala yang Ada.

Coba kita tingkatkan pemahaman kita tentang Allah itu setingkat dari pemahaman kita yang ada.

Apakah dan siapakah Allah itu?


Demi Zat yang menguasai setiap sesuatu. "Allah" itu hanyalah sekedar nama saja, nama dari sekian nama Tuhan yang umum disebut Asmaul Husna (Nama-nama yang terpuji). Sedangkan "Tuhan" adalah suatu gelar kebesaran atau pangkat saja.

JIka memang demikian, bagaimanakah ibadah dan peribadatan kita itu? Apakah hanya ditujukan pada nama dan pangkat saja? Tidakkkah terlintas didalam lubuk hati ini untuk dapat tahu dan kenal dengan yang bernama "Allah", yang berpangkat "Tuhan"? Maksudnya adalah, mana ujudnya, yang bernama Allah dan berpangkat Tuhan?

Demi zat yang menguasai setiap sesuatu. Sudah menjadi hukum hidup dan kekal adanya, jika ada nama ada gelar dan pangkatnya. Sudah barang tentu ada ujudnya. Dan sangat mustahil jika ada nama, ada gelar dan pangkatnya tapi ujudnya tidak ada. Begitupun sebaliknya, mustahil ada ujud namun tidak ada nama, gelar atau pangkatnya karena nama dan empunya merupakan satu kesatuan mata rantai yang tidak bisa dipisah-pisahkan walaupun dengan alasan apapun juga. Apalagi sempat terlintas pengakuan kita didalam hati bahwa Allah itu ghaib adanya...na uju billlahi min jalik...

Ini merupakan persepsi yang keliru karena sesunggguhnya Allah itu nyata adanya. Justru manusialah yang sesungguhnya ghaib. Dan yang ghaib itu sendiri akan nyata dengan adanya yang nyata. Oleh sebab itulah maka wajib bagi kita beriman, untuk mengetahui, dan mengenal Allah. Bukan hanya sebatas dan sekedar kenal nama dan pangkatnya saja...akan tetapi samar dan kabur ujudnya. Jika demikian, betapa rugi, bodoh dan celakanya kita.

Hakekat kita mengenal dan tahu akan nama dan si empunya nama , adalah agar kita bisa dan dapat beroleh ma'rifat kepadanya. Sehingga seluruh aktifitas ibadah dan peribadatan yang kita lakukan siang-malam sebatas usia kita tersebut jangan sampai ada yang sia-sia dan tiada hasil. Terlebih lagi karena kurangnya ilmu tentang pengenalan kepadanya, tanpa sadar kita telah masuk dan hanyut serta tenggelam didalam samudra kesyirikan. Merasa setiap ibadah dan peribadatan yang telah kita lakukan sudah sampai pada puncak kebenaran yang hakiki. Namun sesungguhnya dinding tebal telah menjadi tirai dari kebenaran yang hakiki itu. Tanpa sadar kesyirikan menjadi kawan akrab disetiap langkah. Baik itu syirik jalli, sirik khafi, dan syirik khafi wal khafi.

Syirik jalli adalah syirik pada perbuatan.

Syirik khafi adalah syirik atau kesyirikan yang terlintas dalam hati.

Syirik khafi wal khafi adalah syisrik pada akuan/ perasaan kita.


Jika ada salah satu saja atau bahkan ketiga kesyirikan itu melekat pada diri kita, maka hal ini merupakan suatu perbuatan yang sangat buruk dan terkutuk. Dan tiada obat ataupun ampunannya kecuali dengan jalan meleburkan akan diri ke akuannya. 
Coba kita perhatikan dan renungkan baik-baik, dengan tanpa membawa ego atau kenafsuan diri, kita tilik dengan seksama uraian berikut. Katakan benar jika memenag kebenaran itu nampak dan nyata adanya. Namun jika kebenaran itu tidak nyata dan jelas maka jangan engkau pikirkan dan buang jauh-jauh supaya jangan menjadi fitnah yang besar.

Diawal sudah kita smpaikan bahwa "Allah" itu adalah sebuah nama atau identitas dari suatu diri. Tugas kita selanjutnya adalah dengan mencari ujudnya. Demi zat yang menguasai segala sesuatu. Bahwa bunyi "Allah" itu seandainya kita tidak berucap dan menyatakan, maka bunyi "Allah" tidak akan pernah ada. Tetapi karena kita berucap dan menyatakan "Allah" maka bunyi "Allah" itu ada.

Adakah bunyi "Allah" jika kita tidak berucap atau menyatakan, tentu tidak pernah ada, bukan?

Allah Swt berfirman:


"Aku disisi sangka hambaku dengan dia aku"

Maksudnya:

Kalau si hamba itu tidak manyangka aku, berarti aku tidak pernah ada, akan tetapi oleh karena hamba itu berkata itu Allah (Allah itu ada) maka nyatalah aku ada.

Intisarinya adalah sebagai berikut:

Jika Allah itu ada, maka hamba itu tidak pernah ada.

Jika hamba ada, maka Allah tidak akan ada.

Karena jika kita hamba, mana Allah?

Maka sebaliknya jika aku Allah, mana hamba?

Silahkan renungkan dan kaji lebih dalam dan apabila tidak jelas, minta dan tanyalah kepada ahli yang memang menguasai hal tersebut diatas.

Namun yang paling jelas, jawaban yang paling benar hanya ada pada diri anda saja! Itulah ma'rifat.

Adapun referensi yang dapat dijadikan bahan acuan untuk berjalan kesana adalah sebagai berikut:

Bunyi "Allah" itu terdiri dari huruf Alif, Lam awal, Lam akhir, dan Haa yang berhimpun dan perhimpunannya itu bermula pada waktu KUN awal yang mana disana menyebabkan adanya syahadat dan taubat. Yang juga menyebabkan turun dan jahirnya empat huruf utama yaitu Alif, Nun, Mim, dan Tha yang menyebabkan adanya maqom-maqom didalam perjalanan 99(Sembilan Puluh Sembilan) yang maqom tertingginya ada di mqom kedelapan (8) yaitu maqom khas atau maqom ilmu tentang Allah ta'ala. Atau bisa juga disebut maqom perjalanan Baginda Rasulullah Saw. ( Keterangan maqom kedelapan(8) ini tidak kami kupas dan hanya berlaku bagi kalangan Air Setitik Community saja).

Adapun tajallinya huruf Alif, Lam awal, Lam akhir, dan Haa itu berlangsung pada saat Allah itu sendiri tajalli pada Gaibul Hawiyah, sebab begitu Allah Swt itu tajalli di Goibul Hawiyah, Allah membawa huruf Alif, Lam awal, Lam akhir dan Haa.

Sedang tajallinya Allah apada Gaibul Mutallaq, disini Allah Swt membawa Zat, Sifat, Asma dan Af'al. Disini juga Allah Swt mengadakan sifat Nur dan mengadakan dua nama yaitu Kun Sa dan Kun Zat.

Kun Sa adalah titik dari Nur Muhammad yang diatas Arasy yang meliputi tujuh petala langit dan mengadakan satu nama yaitu nama awal-awal Nur Muhammad.

Sedangkan Kun Zat adalah titik dari Nur Muhammad yang ada dibawah Arasy yang meliputi tujuh petala bumi dan mengadakan nama yaitu nama awal-awal ummat.

Adapun arasy itu sendiri bukan berada di langit maupun dibumi, tetapi arasy itu ada dalam diri kita.

Proses selanjunya:

Zat maujud kepada huruf Alif.
Sifat maujud kepada huruf Lam awal.
Asma maujud kepada huruf Lam akhir.
Af'al maujud kepada huruf Haa.
Huruf-huruf itulah yang menjadi bunyi "Allah", yaitu:

Alif itu Zat bagi Allah yang menjadikan Rahasia bagi Muhammad dan menjadikan Cahaya kepada kita.

Lam awal itu Sifat bagi Allah menjadikan Tubuh kepada Muhammad dan menjadikan Ruh kepada kita.

Lam akhir itu Asma bagi Allah menjadikan Ilmu bagi Muhammad dan menjadikan Hati bagi kita.

Haa itu Af'al bagi Allah menjadikan Kelakuan pada Muhammad dan menjadikan Jasad pada kita.
Dari sekelumit penjelasan ini, jika dikembalikan kepada Tauhid, maka itulah kenyataan dirinya. Esa tiada yang lain. Esa pada Zatnya, Esa pada Sifatnya, Esa pada Asmanya, dan Esa pada Af'alnya.

Karena:
Zat itu tiada lain adalah Dirinya.

Sifat itu tiada lain adalah Rupanya.

Asma itu tiada lain adalah Namanya.

Af'al itu tiada lain adalah Kelakuannya.
Jadi bunyi "Allah" itu tiada lain hanya sekedar nama, yaitu nama kita semenjak didalam rahim ibu. Pada saat usia kandungan 3 bulan 10 hari. Sedangkan Ta'ala itu tiada lain adalah nama kita juga saat usia kandungan mencapai 8 bulan 10 hari.


Wallahu a'lam bissawab



Renungan


Sahabat...

Jadikanlah ma'rifat sebagai modal yang tiada akan pernah rugi.

Dan akal pikiran sebagai tempat berpijak untuk mengayunkan langkah.

Sedangkan keridhoan adalah tujuan akhirnya.

Sahabat...

Cinta itu nafas kehidupan.

Sedangkan rindu adalah alat untuk datang kepadanya.

Sahabat...

Jadikanlah duka sebagai kawan setiamu.

Sedangkan keteguhan adalah perbendaharaan yang tiada akan pernah susut.

Serta kefakiran patut menjadi kebanggaan.

Sahabat... 

Jadikanlah perjuangan untuk membela kebenaran sebagai perangaimu sehari-hari.

Sedangkan ilmu adalah senjata yang ampuh untuk meraih kemenangan.

Sesungguhnya pakaian kebesaran yang mulia dalam pandangannya adalah ketabahan.

Sedangkan hidangan yang lezat dan abadi adalah keyakinan.

Sahabat...

Pekerjaan yang paling menguntungkan adalah menahan diri.

Sedangkan wakil atau perantaranya adalah kejujuran.

Ketaatan adalah ukuran yang pasti.

Sedang percakapan yang mengasyikkan serta hiburan yang menggairahkan ada di dalam sholatmu.

Sahabat...

Jika seruan ini kau pahami, niscaya terang sudah jalanmu, labuhkan bidukmu, karam dan tenggelamlah engkau didalam keabadian Ujudnya...



Air Setitik Team

Diposting oleh Air Setitik Team di 10:14 AM 16 komentar  
Label:air setitik Allah, Asal muasal diri, Awal agama, Dzikir, Islam, Ma'rifat, Mengenal Diri, Muhammad, Nur MUhammad, Sufi, Syahadat, Takbir, Taubat, Tauhid 
September 2008 
July 2008 
Home 
Subscribe to: Posts (Atom) 
Air Setitik Community
Air Setitik Team
Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia
View my complete profile 
Kumpulan jiwa-jiwa yang menempuh perjalanan pencarian dan pengenalan diri yang sebenarnya.
The community of individuals in their journey to find themselves.

Contact us at
Blog Site: http://airsetitik.tk/, or http://airsetitik.co.cc/
Email : air_setitik@yahoo.com, or air.setitik@yahoo.com
Skype : air.setitik


Air Setitik Archive
▼ 2008 (12) 
▼ June 2008 (2) 
Bagian I: Pengantar Perjalanan Diri-Benarkah Allah...
Chapter I: Introduction to A Self Journey-Is Allah...
► July 2008 (4) 
► August 2008 (4) 
► September 2008 (1) 
► December 2008 (1) 
Air Setitik Message


 
Air Setitik Translator


 
Air Setitik Traffic
 
Air Setitik/ A Drop of Water 

Mengenal satu dari yang banyak. To know the one from pieces. Mengenal banyak dari yang satu. To know the pieces from one. Mengenal satu dari yang satu. To know the one from one. Mengenal diri. To know yourself.
Showing posts with label Allah. Show all posts 

Wednesday, December 17, 2008
Bagian VI: Pengantar Perjalalan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 

JALAN KEDUA: 

Mengenal diri yang sebenar-benarnya diri. ( Bagian pertama Pengantar Ilmu Tasawuf )

Berbicara mengenai pengenalan diri yang sebenar-benarnya diri tentunya tidak akan lepas kita dengan Dua Ilmu Allah, yaitu : 
Ilmu Tasawuf 
Ilmu Sifat 20 

Bagi orang yang awam, kedua Ilmu Allah itu sangat ditakuti, sebab katanya salah-salah kita mengkajinya maka kita akan menjadi gila.
Sesungguhnya pandangan seperti itu sangatlah keliru besar….!, seandainya itu memang terjadi pada setiap santri yang mengkaji kedua Ilmu Allah itu, maka dapat dipastikan bahwa apa yang dikajinya itu sangatlah keliru dan menyimpang dari kaidah yang sebenarnya. Justru Agama kita sangat menganjurkan kepada kita untuk masuk dan mempelajari kedua ilmu Allah itu dengan baik dan benar, karena kedua ilmu itu yang akan dapat menghantarkan diri kita untuk sampai kepada pengenalan akan diri dan tuhan yang sebenarnya.

Dibawah ini adalah beberapa dasar yang menerangkan tentang perlunya kita untuk mengenal diri, yaitu Sbb : 

"Sesungguhnya diri anak Adam itu adalah dosa yang besar, terkecuali ia mengetahuinya".
(Hadits Rosulullah Saw)

"Barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya ia akan mengenal akan tuhannya mengenal akan tuhannya niscaya binasalah dirinya".
(Hadits Qudsy)

"Barang siapa menuntut jalan kepada Allah dengan lain dari pada mengenal akan diri dengan sebenar-benarnya pengenalan, sesungguhnya sesat yang amat jauhlah ia dengan tuhannya".
( Ijma ulama )

"Aku adalah gudang yang tersembunyi, aku suka jika aku dikenal, lalu aku ciptakan makhluk supaya ia mengenal akan aku".
(Hadits Qudsy) 

Bermula mengenal diri yang sebenar-benarnya diri itu, adalah ketahui dahulu olehmu akan sifat-sifat wajib bagi Allah yang 13 dan 7 sifat Allah yang ada pada dirimu.

Sedangkan jalannya adalah Tasawuf. Apa sesungguhnya Tasawuf itu……..????.

Baik kita mulai dari Sifat-sifat wajib bagi Allah yang 13 dan 7 sifat Allah yang ada pada diri kita, Sbb :

Sifat Nafsiyah.
Sifat Nafsiyah artinya Sifat yang wajib bagi Zat, yaitu: 
Wujud. 

Jika ada sifat Nafsiyah, tentunya juga akan ada Diri Nafsiyah, bagaimana menurut anda?

Sifat Salbiyah.
Sifat Salbiyah artinya Sifat menolak yang tiada layak bagi Zat , yaitu : 
Qidam
Baqa 
Mukhalafatuhu ta’ala lil khawadits 
Qiyamuhu ta’ala binafsih 
Wahdaniyat. 

Jika ada Sifat Salbiyah tentu akan ada pula Diri Salbiyah, bagaimana menurut anda?.

Sifat Ma’ani.
Sifat Ma’ani artinya berdiri ia kepada yang mawujud, yaitu : 
Qudrat……Kuasa 
Iradat ……Berkehendak 
Ilmu……...Tahu 
Hayat…….Hidup 
Sama……..Mendengar 
Basyhar…..Melihat 
Kalam…….Berkata-kata. 

Jika ada sifat Ma’ani tentu akan ada juga Diri Ma’ani, bagaimana ini menurut anda?

Sifat Ma’nawiyah.
Sifat Ma’nawiyah artinya yang wajib bagi Zat, dikarenakan dengan sesuatu sebab, yaitu 
Qodirun ………… yang Kuasa
Muridun………… yang Berkehendak 
Alimun ………… yang Mengetahui 
Hayyun ………… yang Hidup 
Sami’un …………yang mendengar 
Basyhirun ……….yang Melihat 
Muttakallimun … yang Berkata-kata. 

Jika ada sifat Ma’nawiyah tentu akan ada pula Diri Ma’nawiyah, bagai mana ini menurut anda?

Silahkan anda simak dan renungkan dengan baik, apa dan bagaimana maksudnya, kalau ada sifat nafsiyah, sifat salbiyah, sifat ma’ani dan sifat ma’nawiyah tentu juga akan ada yang disebut dengan diri nafsiyah, diri salbiyah, diri ma’ani dan diri ma’nawiyah.  

Sedangkan Tasawuf itu sendiri adalah jalannya. Secara garis besar tasawuf itu bagi kami tdak ubahnya seperti proses perjalanan 3 huruf hijaiyah Jim, kha, dan kho. ( ج , ح , خ ).

Huruf Jim. ( ج )
huruf jim itu titiknya ada didalam huruf, maksudnya mengisyaratkan kepada kita bahwa pada diri manusia itu penuh dengan dosa dan kesalahan, penuh dengan nafsu-nafsu keakuan. Seakan-akan seluruh aktivitas kehidupan ini menjadi kuasa manusia semata.
Merasa manusia yang kuasa, manusia yang berkehendak, manusia yang mengetahui, manusia yang hidup, manusia yang mendengar, manusia yang melihat dan manusia yang berkata kata, perasaan-perasaan yang seperti ini akan timbul dikarenakan ketidak tahuan kita tentang siapa diri kita ini yang sebenarnya.

Allah Swt berfirman didalam Hadits Qudsy, menyerukan kepada seluruh manusia yang beriman kepadanya untuk melihat kebelakang, melihat dan mempelajari tentang asal muasal diri ini ……. (masuk pada jalan pertama untuk berawaluddin ma’rifatullah).

Huruf kha. ( ح )
Huruf Kha itu sama sekali tidak memiliki titik, baik itu didalam huruf maupun diluar huruf. Maksudnya mengisyaratkan kepada kita semua tentang sebuah kebimbangan dan keragu-raguan yang akan membawa diri kita pada suatu pertanyaan besar dan mendasar yang membutuhkan jawaban segera dan pasti.
Siapakah sebenarnya tuhan itu dan siapakah sebenarnya diri ini…..?, sekiranya aku ini tuhan dimanakah hamba itu….?, begitu pula sebaliknya sekiranya aku ini hamba dimanakah tuhan itu….?.
Untuk menjadikan tolak ukur yang pasti dan menjadikan dasar pegangan dalam kehidupan ini, Allah Swt telah berfirman didalam Hadits Qudsy yang berbunyi :

”Kenalilah akan dirimu niscaya kamu akan kenal dengan-Ku”.
(ini adalah janji Allah kepada kita, dan sangat mustakhil jika Allah akan ingkar janji)

Allah Swt juga berseru: 

”Jangan kamu mencari Aku karna Aku sudah laitsya pada dirimu dan pasti engkau tidak akan Pernah menemukan Aku, tapi cari taulah engkau tentang siapa dirimu yang sebenarnya” (masuk pada jalan kedua untuk berawaluddin ma’rifatullah).

Huruf Kho ( خ )
Huruf Kho itu titiknya berada diluar huruf, maksudnya mengisyaratkan kepada kita bahwa, apabila rahasia Allah itu telah sampai padamu maka tidak akan pernah ada lagi keragu-raguan lagi atas dirimu seluruhnya menjadi pasti.

Allah Swt berfirman didalam Al-Qur’an : "Setiap sesuatu yang bernyawa pasti akan mengalami kematian".

Didalam Hadits Qudsy, Allah Swt juga berfirman : 

"Rasakanlah olehmu Mati sebelum kematian yang sebenarnya itu kamu rasakan (datang padamu. Jika engkau akan datang kepada-Ku, maka matikanlah seluruh rasa yang ada pada dirimu dan kembalikan semuanya kepada-Ku". 

Sesungguhnya dirimu itu sebenarnya sudah mati sejak awal yaitu,ketika dirimu terlahirkan kedunia yang fana /lenyap/hancur dan binasa ini namun oleh karma pada dirimu itu bersemayam rasa dan perasaan yang bermahkotakan nafsu, maka kamu merasa hidup……. (masuk pada jalan ketiga untuk berawaluddin ma’rifatullah).

Selain dari keterangan diatas dapat juga diurai berdasarkan huruf-hurufnya yang ada pada kata-kata TASAWUF, yaitu :

Ta……( ت )
Shot…...( ص )
Waw…..( و )
Fha……( ف )

Adapun pengartiannya kurang lebihnya adalah Sbb :

Huruf Ta ( ت )
Huruf Tha itu adalah Tajrid, artinya Menghilangkan
Apa yang dihilangkan…..?, yaitu : 
Tajrid kepada Dunia 
Tajrid kepada Manusia 
Tajrid kepada Hawa Nafsu. 

Huruf Shot ( ص )
Huruf Shot itu adalah Shafa, artinya Bersih.
Apa yang dibersihkan…..?, yaitu : 
Bersih dari keinginan Dunia 
Bersih dari pada amarah dan senantiasa bersyukur, sabar dan tabah. 
Bersih dari pada da’wa sangka selain dari pada Allah Swt. 

Huruf Waw ( و )
Huruf waw itu adalah Wafa, artinya memelihara.
Apa yang dipelihara……?, yaitu:
Memelihara Syareat 
Memelihara, menuntut pahala 
Memelihara dari pengenalan selain kepada Allah Swt. 

Huruf Fha ( ف )
Huruf Fha itu adalah Fana, artinya Lenyap atau Hapus.
Apa yang difanakan……?, yaitu : 
Fana Ilmu 
Fana Ain 
Fana Haq 
Fana Af’al 
Fana ASma 
Fana Sifat 
Fana Zat. 

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai tasawuf berdasarkan huruf-huruf yang dikandungnya.

Dengan kita mengetahui arti tasawuf, diri kita akan menjadi ( Men- Zat-di ) Faqir, yaitu: 
Fha ( ف ) itu Fana /hapus 
Qop ( ق ) itu Qona’ah/ rutin 
Ra ( ر ) itu Ridho/ikhlas. 

Demikian dahulu kajian kita pada kesempatan ini, semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan Rahmat dan Nikmat-Nya sehingga kita didalam kesehariannya senantiasa didalam keadaan Nyaman, Nyaman yang senyaman-nyamannya.

Kepada teman-teman yang sudah terlalu lama menunggu dan menantikan episode ini melalui Air Setitik, maka pada kesempatan yang berbahagia ini dan dengan segala kekurangan serta kelemahan yang ada pada kami, kami menghaturkan ampun dan maaf yang sebesar-besarnya, semoga saja kajian yang kami sampaikan ini akan bermamfaat bagi kita semua ter utama sekali bagi diri saya pribadi sebagai penulis sekaligus penyampai.

Sebagai manusia tentunya kita tidak akan pernah luput dari khilaf dan salah, untuk itu sekiranya ada penyampaian kami yang keliru dan keluar dari norma dan kaidah Agama, maka dengan senang hati kami siap menerima pembetulannya, semoga kajian ini menjadikan Ibadah……….. amin ya robbal ‘alamin. 


Air Setitik Team
Diposting oleh Air Setitik Team di 12:20 PM 3 komentar  
Label:air setitik Allah, Awaludin Ma'rifatullah, Faqir, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Sifat 13, Sifat 20, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tasawuf, Tauhid 
 
Tuesday, September 16, 2008
Edisi Ramadhan 1429 H/ The Edition of Ramadhan 1429 
Kajian khusus Ramadhan 1429H dalam rangka menanggapi komentar dan pertanyaan saudaraku Sharudin dari Malaysia. Khususnya dalam konteks "Benarkah Allah Swt itu Esa?" edisi sebelumnya. 

Kami yakin apa yang saudaraku pertanyakan, saudara sudah mengetahuinya. Akan tetapi tidak mengapa, rasanya ada baiknya jika kita kaji ulang guna menyamakan persepsi saja. Jika didalam kajian nanti ada kesamaan, mari kita jaga sebaik-baiknya. Namun jika ada perbedaan-perbedaan hendaknya jangan menjadikan pertentangan bagi kita.

Pada komentar dan pertanyaan anda mengatakan:

"Dalam usia yang baliq hakiki....Allah seharusnya bukan merupakan imaginasi. Dia juga bukan sesuatu yang maya. Dia juga bukan sesuatu yang fana. Sesuai dengan ilmu Kalam, Dia adalah sejelas-jelasnya ujud. Manusia yang maya, manusia yang di dalam fantasy, manusia tidak ada kalau Allah tidak ada. Ini merupakan pertanyaan yang menyangkut keberadaan. Untuk lebih jelas mari kita amati perumpamaan baju sutra yang terbuat dari kain sutra. Sutra diolah menjadi benang kemudian menjadi kain, sebelum akhirnya manjadi baju. Baju ada karena nama, tapi sutra ada karena Dzat. Apakah boleh disamakan kewujudan pada nama dan kewujudan pada Dzat?"

Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillah. Wasyukurillah. Walla khaula walaku wata illa billah...amma ba'du. 

Marhabban yaa Ramadhan. Marhabban yaa ahlan wa Syahlan.

Terima kasih sebelumnya kami ucapkan kepada saudaraku yang ada di Malaysia. Juga salam Rahmat dan Nikmat dalam kehampaan bagi saudara-saudaraku dimana saja berada. Ulasan dan komentar saudaraku sangat menarik dan sungguh ini adalah sesuatu yang baik sekali dalam rangka pencerahan khususnya bagi jiwa-jiwa yang gersang, tandus, dan haus akan siraman hikmah...didalam perjalanan bathin.

Tidak semua orang dapat mengadakan perjalanan bathin. Terkecuali mereka yang beroleh hidayah dari Allah Swt.

Konsep awal tentang keesaan Allah Swt sudah teramat sering kami ketengahkan. Bahwa:

"Setiap benda pasti ada namanya. Mustahil benda ada tapi namanya tidak ada. Begitu pula sebaliknya. Ada nama sudah pasti ada bendanya. Mustahil ada nama tapi bendanya tidak ada. Jika itu terjadi tentu sangat bersalahan. Bukankah Allah Swt didalam mencipta selalu saling berpasangan. Ini isyarat bagi yang mau berpikir. Mengambil iktibar dibalik seluruh penciptaanya."

Diawal sudah dikatakan bahwa: Yang sejatinya itu sebenarnya sutra atau baju? Baju ada karena nama tapi sutra ada karena Dzat. apakah boleh disamakan kewujudan pada nama dan kewujudan pada dzat? Sekilas kita melihatnya tentu berbeda, tetapi jika lebih jauh melihatnya...betulkah keduanya berbeda?

Untuk mengulasnya hendaknya kita harus lebih arif, bijak dan ekstra hati-hati. Karena salah menarik kesimpulan dalam memahaminya, maka syirik khafi, syirik jalli, dan syirik khafi al khafi siap menyambutnya.

Baju ada karena nama, yaitu sutra. Makanya disebut baju sutra. Sedangkan sutra itu sendiri ada karena dzatnya. Coba kita ambil lagi perumpamaan lain yang lebih nyata dan jelas. Manusia melihat dengan mata, tanpa mata dunia akan gelap gulita. Kita mendengar dengan telinga, tanpa telinga dunia akan sunyi dan hening adanya. Coba kita renungkan. Apakah yang melihat itu mata? Apakah yang mendengar itu telinga?

Jika benar yang melihat itu mata dan yang mendengar itu telinga, maka bagaimana dengan jenazah (orang mati)? Dia punya mata lengkap tapi melihatkah ia? Ia juga punya telinga lengkap tapi mendengarkah ia? Jawabannya kami serahkah kepada anda lebih jauh dari itu.

Coba kita lihat dalam diri kita. Sebelum kita dijahirkan, apakah bisa dikatakan kita ada? Begitu pula setelah kita mati, bisakah kita dikatakan ada? Silahkan cerna dan renungkan.

Sebab kalau kita membicarakan tentang dzat, maka dzat murni atau dzat mutlak Allah Swt tersebut adalah yang tersembunyi dari yang tersembunyi (yang diupamakan dengan dzat sutra), tapi kalau yang sembunyi dari yang tersembunyi itulah yang diupamakan baju sutra. Sedangkan pengetahuan tentang dzat itu sendiri adalah suatu keajaiban dari keberadaannya. 

Karena ia luluh didalam dirinya sendiri atau musnah dan lenyap didalamnya. Jika dipilah berdasarkan tingkatannya maka tingkat ini adalah tingkat penyerapan diri sendiri yaitu suatu tingkatan dimana diri sendiri akan terserap ke dalam dzat.

"Janganlah kamu memikirkan Dzatnya tetapi pikirkanlah faedahnya" (Al-Hadits).

Demi jiwa yang ada didalam genggamannya, jujur kami katakan bahwa kewujudan pada nama dengan kewujudan pada dzat itu pada hakekatnya sama saja, karena sama-sama diwujudkan. Justru menurut kami yang teristimewa itu adalah siapa yang mewujudkan asma atau nama dan dzat itu sendiri.

Karena dzat itu adalah dzatnya, nama itu juga namanya. Itu sebab benda dan nama itu adalah satu kesatuan yang tiada terpisahkan. Dan penyebab adanya nama dan dzat itulah yang kami maksud tersembunyi dari yang tersembunyi, bukan yang sembunyi dari yang tersembunyi. Begitu pula kita menyikapi akan diri kita.

Manakah diri yang sebenar-benarnya diri. Apakah yang nyata yang terlihat oleh mata jahir ataukah yang ghaib yang yang tersembunyi tidak nampak.

Bila nyata adanya maka dimana kenyataannya dan bila ghaib dimana keghaibannya. Karena sesungguhnya manusia itu sendiri pada hakekatnya satu saja. Bila banyak bersuku-suku, berkaum-kaum, dan berbangsa-bangsa maka itu tidak lain adalah karena sifat menyifatnya saja. Sama saja kita mengupas bawang, kita kupas dan kupas pada akhirnya bawangnya itu sendiri tidak ada, yang ada kulitnya saja...Begitu pula dengan Allah.

Allah itu adalah nama dan Tuhan itu adalah pangkat atau gelar kebesarannya. Mana orangnya? Silahkan anda jawab sendiri. Kami hanya dapat mengantarkan anda sampai disini saja. Selebihnya terserah anda.

Allah dalam menciptakan seluruh alam ini cukup satu kali saja, sampai kiamat ia tidak menciptakan apa-apa lagi. Membuat manusia cukup dengan manusia saja, membuat hewan cukup dengan hewan saja, menciptakan air cukup satu kali saja, seumur hidup dunia tidak akan ada habis-habisnya.

Coba lihat ruh-ruh manusia hanya satu kali saja, tidak bertambah da tidak berkurang. Segalanya satu kali saja tiada berbilang. Orang ahlul akhirat satu kali saja cukup. Satu kali mensyuhud cukup. Satu kali mati cukup. Satu kali tahu cukup. Semua serba satu bukan serba dua lagi.

Semua kerja baik ibadat maupun yang lainnya tiada jahat, 

tiada neraka, 

tiada itu dan tiada ini...

semua tiada apa-apa, 

semua langgeng, 

semua rahmat, 

semua nikmat,

semuanya Allah,

semuanya Tuhan,

semuanaya Nur,

semuanya Dzat,

dan semuanya!

aku dan aku!

aku dan aku!

akhirnya sunyi tiada huruf,

tiada suara,

semua kembali ke asal...


Inilah maqam penelanjangan Tuhan. 


Asal Tuhan itu tiada berhuruf, 

tiada bersuara, 

bukan cahaya, 

bukan benda, 

dan bukan materi, 

bukan dzat, 

bukan sifat, 

bukan asma, 

dan bukan af'al.


Bukan Allah,

bukan Muhammad,

bukan Adam,

dan bukan semua-semuanya.


Pada penghujung perjalanan, semua itu hanya sebutan dan akuan saja adanya. Jika demikian, siapa yang ada?

(Tanyakan ahlinya yang boleh menjawab)




Wallahu a'lam Bissawab.

Ramadhan 1429H




Air Setitik Team




Diposting oleh Air Setitik Team di 11:48 AM 14 komentar  
Label:air setitik Allah, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tauhid 
 
Sunday, August 31, 2008
Chapter V: Introduction to “Self Journey”-Is Allah The Real One? 
There are three ways to know allah in which we have to take each seriously. This is the only way for "hamba" to experience the real journey of finding the "True Self". We ourselves serve as tool on the journey.

The three ways of knowing allah described as follows:

1. To know the origin of mankind. From non existence, to existence, and will be back to non existence.

As allah explains:
"You (man) should think of your origin of creation".


2. To know the "Real Self", who we really are (To know ourselves).

Allah explains on hadits qudsy:

"Man who knows his "true self" will know allah, and whoever knows allah..will be vanished all of his man-ness and be in him allah".

3. To kill the "man-ness". This "kill" word does not mean the body or death body context but more in "maknawiyah" one. Allah says on the hadits qudsy:

"Feel the death (of the man-ness) before you die".

"Whoever does not kill his/ her "man-ness" shall never know allah".


Those are the steps that a "hamba" has to take to reach allah.

"I am hidden and I'd love to be recognized...and I created universe( and man) to know my existence".


First Step - To know our origin of creation. (from non existence, to existence and back to non existence)


Before we go on our discussion, we differentiate between the origin of creation of "hamba" and "insan".

On "hamba", the elements of earth, water, wind, and fire are pointed out as those are the characters of "hamba". While "insan" (human) has elements of "waddu", "waddi", "mani" and "manikam" and these elements are characters of "insan".


The followings are also the characters of "Insan":
Hayat: hair, skin, flesh, blood, vein, bone, brain and marrow.
Ilmu: senses, desire, inner, logic, knowledge, secrets.
God: Zat(Essence), Sifat(Character), Asma(Name), Af'al(Deeds).
Allah: Iman, Islam, tauhid(One-ness), and ma'rifat.
Ta'ala: One-ness of Zat, One-ness of Sifat, One-ness of Asma, and One-ness of Af'al.
Muhammad: to live, to know, having will, to move
This edition will only cover the origin of the creation of "Insan". The creation of "Insan" for us is the process of the creation of the elements (waddu, waddi, mani, manikam) during our parents' making love phase. Among the elements, only manikam is the true essential element. This element was uniquely born with man (not woman). This element essentially stays in man's brain. Inside brain there is a fat, inside fat there is oil, inside the oil there is 'nur', inside 'nur' there is 'nur aqli', inside 'nur aqli' there is 'hijabun nur'. And manikam stays inside 'hijabun nur'.


Manikam has 40 days period:


First 7 days is on man's brain.
The next 7 days is on the backbone stays on our back.
The next 7 days is on our breastbone.
The next 7 days is on umbilicus.
The next 7 days is going down to "sulbi".
The next 5 days is going to the genital.


And to drop to woman's uterus called "taraib". Manikam will be in womb for 9 months 9 days, this reflects the 'Asmaul Husna" (Names of Allah) and also known as journey of 99.


It is only called manikam when it drops to woman's uterus. This successfully dropped manikam, is named nur muhammad or roh idhofi or syahadat...from 'ilmu view.


The following is the summary of the process:
Earth of origin.
Man's sperm.
Sperm amalgamation.
Blood.
Bones.
Flesh and tissues.
"Ruh"

Those seven process reflects:
7 characters of man.
7 body points of sholat(prayer)
7 days in a week.
7 prominent stars.
7 oceans.
7 layers of the sky.
7 layers of the earth.
7 type of hells.
7 types of heaven.

And many others to mention. Within 40 days the manikam at uterus, the woman will stop having period. After 4 months, it is has life and movement. The stopped blood of the woman will be "tembuni". 

The manikam on woman's uterus:

1 day 1 night: the dzikir is Hu.

3 days 3 nights: the dzikir is Allah.

7 days 7 nights: the dzikir Innallah.

40 days 40 nights: the dzikir is Turobbunnur.

4 months 4 days: the dzikir is Subhanallah

6 months 6 days: the dzikir is Alhamdulillah.

8 months 8 days: the dzikir is Allahu Akbar.

9 months 9 days: the dzikir is Inna ana amanna.

Inna ( The truth, in fact)

Ana(I am)

Amanna (saved, faithful)

This is the origin of creation of the "air zatullahu akbar".

Some references on the origin of the creation of man:
Abdullah Ibnu Abbas Ra from Prophet PBUH: "Allah created universe from the light of your prophet".
Syech Abdul Wahab As-Syarani Ra: " Ruh prophet Muhammad PBUH was created from Allah"Dzat, and Ruh of the universe was created from the light of Muhammad PBUH".
Prophet Muhammad PBUH: "I am the father of "Ruh" and Adam is the father of "body".
Allah ta'ala: "I created "Insan" Adam from the earth, the earth is from the water, the water is from the wind, the wind is from the fire, and the fire is from the light of Muhammad". " It has come from Allah ta'ala : The light".

And to the light is the destination of all 'aulia' and 'ambiya' to know Allah. But we must bear in mind, when we reach the light, we have to 'fana' the light into 'wajibul wujud' one. So that we never worship 'the light' but allah-the wajibul wujud. In this context 'the light' is only the medium to reach Allah.

" You (the faithful), be afraid of Allah and look for the wasilah(the medium) that could help you reach god. Be firm on Allah's way so that you will get victory". (Al Quran).

Oher important points related to the origin of man is the elements from Muhammad, father, and mother :
God's elements to Muhammad are: 'Sir'(secret), mind, love, sight, hearing and other senses.
Go's elements to father are: vein, bone, brain and marrow.
God's elements to mother are: hair, skin, blood, and flesh.
God's element: hayat (life).

We will discuss the second step on our next edition.



Air Setitik Team.
Diposting oleh Air Setitik Team di 12:44 PM 8 komentar  
Label:air setitik Allah, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tauhid 
 
Bagian V: Pengantar Perjalalan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 
Bermula untuk mengadakan pengenalan kepada allah swt itu hanya ada tiga jalan. Yang mana ketiga jalan itu harus dilalui satu per satu dengan baik dan istiqomah. Karena hanya dengan ketiga jalan itulah yang dapat menghantarkan seseorang hamba untuk sampai kepada hakekat pengenalan yang sebenarnya. Sedangkan kendaraannya adalah diri kita. 
Ketiga jalan itu adalah sebagai berikut:
1. Mengenal asal muasal kejadian diri. Dari tiada, menjadi ada, dan pada akhirnya kelak kembali kepada ketiadaan. 
allah swt berfirman di dalam al qur'an: 
"Hendaknya kamu(manusia) memikirkan asal muasal dirimu".

2. Mengenal jati diri sejati, siapa sebenarnya diri kita ini (mengenal diri).

allah swt berfirman dalam hadits qudsy:

"Barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya ia akan mengenal tuhannya. Dan barang siapa mengenal akan tuhannya maka binasalah ujud dirinya dan tuhan akan ada didalamnya".

3. Mematikan diri. Mati disini bukan mati secara jenazah, akan tetapi mati disini adalah mati dalam artian ma'nawiyah.

allah swt telah berfirman didalam hadits qudsy:

"Rasakanlah mati sebelum engkau mati".

"Barang siapa yang tidak mematikan dirinya, maka tidak akan dia dapat beroleh pengenalan kepadaku".

Demikianlah langkah-langkah yang harus dilalui seorang hamba untuk dapat sampai kepada allah dan karam bersamanya.

"Aku adalah gudang yang tersembunyi, maka aku suka jika aku dikenal. Lalu aku ciptakan makhluk (manusia) supaya mengenal aku". (hadits qudsy)

Jalan Pertama

Mengenal asal muasal kejadian diri( dari tiada, menjadi ada, dan pada akhirnya kelak kembali kepada ketiadaan).

Sebelum kita mengupas tentang asal muasal kejadian diri itu, satu hal hendaknya yang harus kita ketahui yaitu kita harus memilah antara asal muasal hamba dengan asal muasal insan (manusia). Sebab dari kedua hal tersebut diatas pengupasannya sedikit berbeda.

Kalau hamba itu isinya tanah, air, angin, api..karena keempat anasir itu adalah sifat hamba. Sedangkan insan (manusi) itu isinya waddu, waddi, mani dan manikam..karena keempat anasir itu adalah sifat insan(manusia).

Begitu pula dengan:
Sifat hayat, isinya: bulu, kulit, daging, urat, tulang, otak, dan sumsum.
Sifat ilmu, isinya: pengrasa, hawa, nafsu, akal, pikir, ilmu pengetahuan dan rahasia.
Sifat tuhan, isinya: zat, sifat, asma, dan af'al.
Sifat Allah, isinya: iman, islam, tauhid, dan ma'rifat.
Sifat ta'ala, isinya: tauhidu zat, tauhidu sifat, tauhidu asma, tauhidu af'al.
Sifat muhammad, isinya: hidup, tahu, berkehendak, dan bergerak.

Pada kesempatan ini, kami hanya mengkhususkan tentang pengupasan asal muasal insan( manusia) saja. Adapun asal kejadian insan/ anak adam (manusia) itu sebagaimana yang sudah sama-sama kita ketahui, bahwa kejadiannya dikarenakan berprosesnya kedua orang tua (ibu-bapak kita) didalam melakukan hubungan badan (bersenggama/ bersetubuh).
Saat persetubuhan itu berlangsung, keempat anasir yang merupakan sifat insan (manusia) itupun berproses juga. Dari keempat anasir itu hanya manikamlah yang merupakan cikal-bakal insan. Dan manikam itu sendiri hanya dimiliki oleh laki-laki, perempuan tidak. Adapun istana manikam itu pada otak laki-laki.

Didalam otak itu ada lemak, didalam lemak itu ada minyak, didalam minyak itu ada nur, didalam nur itu ada nur aqli(akal), dan didalam nur aqli itu ada hijabun nur. Dan didalam hijabun nur itulah manikam.

Masa manikam itu 40 hari, yaitu:
7 hari pertama manikam itu berada di istananya
7 hari kemudian manikam itu turun pada tulang belakang dan bertahan pada punggung kita.
7 hari kemudian berada pada tulang dada.
7 hari berikutnya berada pada pusat.
7 hari kemudian turun pada sulbi.
5 hari kemudian berpindah pada zakar/ kalam (kemaluan laki-laki).

Untuk kemudian jatuh pada rahim seorang perempuan bernama "taraib". Untuk selanjutnya dikandung selama 9 bulan 9 hari. Ini juga mengisyaratkan tentang 99 nama Allah (Asmaul Husna) dan juga mengisyaratkan tentang perjalanan 99 yang ada.

Dikatakan manikam apabila ia jatuh rahim perempuan, jika tidak jatuh pada rahim perempuan, maka tidak bisa dikatan manikam. Karena manikam inilah yang bernama nur muhammad, atau ruh Idhofi atau syahadat dalam pengertian ilmu.

Adapun rangkaian prosesnya adalah sbb:
Rangkaian tanah asal.
Air mani laki-laki.
Pencampuran sperma.
Segumpal darah.
Tulang belulang.
Daging pembungkus.
Ruh.

Tujuh rangkaian tersebut diatas juga mengisyaratkan tentang:
7 sifat pada manusia.
7 anggota dalam sembahyang.
7 hari dalam seminggu.
7 bintang yang besar.
7 lautan yang besar.
7 lapis langit.
7 lapis bumi.
7 neraka.
7 syurga.

Dan banyak lagi yang menyatakan jumlah ataupun hitungan 7 itu.

Tatkala manikam itu sampai 4o hari lamanya didalam tara'ib perempuan, maka berhentilah darah haid yang biasa dialami oleh seorang perempuan. Hal ini dikarenakan sebab tertutupnya peranakan oleh manikam tadi.

Baru setelah 4 bulan manikam itu berada didalam rahim, ia bernyawa(bergerak). Darah haid yang berhenti karena tertutup oleh manikam, pada bulan kelima menjadi tembuni (ari-ari). Peristiwa ini seluruhnya berlangsung didalam rahim. Dan tatkala sampai pada masanya lahir, maka darah haid yang berhenti pada 40 hari sebelum manikam itu bernyawa(bergerak) itulah yang akan menjadi darah nifas. Manikam yang dikandung oleh perempuan pada masa:

1 hari 1 malam : pujinya Hu

3 hari 3 malam: pujinya Allah

7 hari 7 malam: pujinya Innallah

40 hari 40 malam: pujinya Turobbunnur

4 bulan 4 hari: pujinya Subhanallah

6 bulan 6 hari: pujinya Alhamdulillah

8 bulan 8 hari: pujinya Allahu Akbar

9 bulan 9 hari: pujinya Inna ana amanna

Inna: Sessungguhnya

Ina: Saya (Aku)

Amanna: (aman(Iman)

Inilah asal kejadian "air zatullahu akbar".

Beberapa dasar yang melandasi tentang asal muasal kejadian diri:
Abdullah Ibnu Abbas Ra dari Nabi Saw: "Bahwa sesungguhnya Allah ta'ala menjadikan dahulu daripada segala sesuatu yaitu Nur nabimu".
Syech Abdul wahab As -Syarani Ra berkata: "Sesungguhnya Allah ta'ala menjadikan Ruh Nabi Muhammad itu daripada zatnya dan dijadikannya ruh sekalian alam dari pada nur Muhammad saw".
Nabi Muhammad Saw bersabda: "Aku bapak dari sekalian ruh dan adam itu bapak dari sekalian batang tubuh". Adapun lembaga Adam itu dijadikan oleh Allah Swt daripada tanah.
Allah ta'ala berfirman didalam Al Qur'an: " Aku jadikan insan Adam itu dari pada tanah, dan tanah itu dari pada air, dan air itu dari pada angin, dan angin itu dari pada api dan api itu dari pada nur Muhammad". "Sesungguhnya telah datang kepadamu dari Allah ta'ala yaitu: nur".

Dan kepada Nur itulah perhentian perjalanan segala aulia dan ambiya yang mursalin mengenal Allah ta'ala. Akan tetapi bila sudah sampai kepada nur, maka fanakanlah nur itu pada zat yang wajibul wujud, supaya jangan sampai hamba itu semata-mata bertuhan kepada nur. Akan tetapi hendaklah tetap bertuhankan kepada allah zat wajibul wujud.

Dengan begitu maka nyata nur itu hanya wasilah kita untuk dapat sampai kepada Allah ta'ala.

"Hai orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan carilah wasilah (perantara) yang bisa menyampaikan kamu kepadanya dan hendaklah kamu bersungguh-sungguh dijalnnya, supaya kamu dapat kejayaan". (Al Qur'an)

Hal lain yang tak kalah pentingnya didalam pengenalan asal-muasal kejadian diri adalah anasir-anasir yang ada pada dirimu. Baik anasir dari Muhammad, dari bapak, dari ibu, sebagai berikut:
Anasir tuhan pada muhammad meliputi: sir, budi, cinta dan rasa atau penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengrasa.
Anasir tuhan pada bapak meliputi: urat, tulang, otak dan sumsum.
Anasir tuhan pada ibu meliputi: rambut(bulu), kulit, darah, dan daging. Satu anasir dari tuhan yaitu hayat(nyawa)

Tulisan mendatang adalah Jalan Kedua yaitu mengenal diri sejati, siapa sebenarnya diri kita ini (mengenal diri).

Wallahu A'lamu Bissawab.



Air Setitik Team
Diposting oleh Air Setitik Team di 9:24 AM 0 komentar  
Label:air setitik Allah, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tauhid 
Tuesday, August 5, 2008
Chapter IV: Introduction to “Self Journey”-Is Allah The Real One? 
The origin of faith is to know Allah, god of the universe, to whom man depend upon in every wishes and hope. Man shall have no faith unless he knows the true Allah with the true paths.

It means that all of our good deeds are not counted unless we know to whom we devote those to. Meanwhile, speaking of god, we only know the name and the attributes so far.

"Allah" is the unity of letters that makes the word of name we believe and on top of all the existence.

Let's explore more....

What and Who is "Allah"?

For the sake of Dzat of which all are under. "Allah" is just a name. One of names known as Asmaul Husna. While "God" is just a title. Then we go ask ourselves, have we taken the right path? Devoted ourselves to a name and a title? Have we ever thought of the one having the name and the title?

For the sake of Dzat of which all are under. It has been a common sense that whenever there is a name, it has the title and vice versa. And it must be visible. It is mpossible, an existence without name and title. The name, the title and the Possesor are uniquely united.

Never think that Allah is invisible...na uju billahi min jalik...

The truth is that Allah is visible, and the man himself is invisible. And it is our objectives to know the real Allah, the true one. Not only name and title. What and Who is Allah?

It is a waste of time we spend when we fail to know Allah. To know Allah, the name, the title, and the possesor...ma'rifat is our aim.

With ma'rifat, we know that all deeds and this mortal episode are done in right track. We have to take this seriously in order to save us from syirik. Thinking that all we have done have been in right path and we took them for granted.

It is often that the truth is there is a wall that keeps us from the real truth. Unconsciously, we are trapped into particular syirik jalli, khafi, and khafi wal khafi.

Syirik jalli pertaining the deeds.
Syirik khafi pertaining our will.
Syirik khafi wal khafi pertaining "selfness" and senses.
We must get rid of them as those will block our journey to find "the truth". Only to release the"selfness", we will get closer to it.

Let's start our discussion, with the spirit if finding the truth, no other desires and you may speak up when you find our explanation to be true. When you find it unappropriate, forget and throw it away.

As said earlier, "Allah" is just a name of an entity. Our part is to find the answer of the entity.

For the sake of Dzat which all under. The sound of "Allah" never exists if man do not pronounce it. As man says the name, then Allah exists.

Allah says:
" I am right here in my hamba's mind, with -he-myself".

Meaning that:

If hamba does not think of my existence then I never existed. But since hamba says that's Allah (exists) than I exist.

In other words:

If Allah exists, hamba never exists. And if hamba exists then Allah does not. Because if we are hamba who is Allah? and if I am Allah who is hamba?

Please think this deeply. Go and ask the expert if you are in doubt.

The most acceptable answer is from yourself. That's ma'rifat.

Below is piece of writings as reference:

The sound "Allah" is made up from letters of Alif, font Lam, end Lam and Haa in which these appeared in the stage of early Kun which Syahadat and Taubat introduced. Also during the stage the appearance of four letters Alif, Nun, Mim, and Tha that caused the maqom(level) of journeys (99) which the highest maqom is eight (8). This maqom is known as the maqom of khas...or knowledge of Allah Ta'ala...or the Journey of the Prophet Rasulullah Saw (The explanation of maqom 8 is only well thoroughly presented in Air Setitik Community Members).

The appearance of Alif, front Lam, end Lam and Haa when Allah appeared in Goibul Hawiyah stage. 

In Gaibul Mutallaq stage , Allah had Dzat, Sifat, Asma and Af'al with. Also Allah created Charecter of Nur and created two names which are Kun Sa and Kun Dzat.

Kun Sa is the point of Nur Muhammad at the top of Arasy that cover sven layers of sky and created one name: Name of early BNur Muhammad.

While Kun Dzat is the point of Nur Muhammad at the bottom of Arasy that cover seven layers of the earth created one name: name of early mankind.

The arasy itself is neither in the sky, nor in earth. The arasy is in us. 

Dzat goes with Alif.
Sifat goes with front Lam.
Asma goes with end Lam.
Af'al goes with Haa.
And those made sound of "Allah":

Alif is Dzat for Allah, Secret for Muhammad and Light for Us.
Front lam is Sifat for Allah, Body for Muhammad, and Soul for Us.
End Lam is Asma for Allah, Knowledge for Muhammad, and Heart for Us.
Haa is Af'al for Allah, Deeds for Muhammad, and Body for Us.

From this simple illustration, we could draw a line to the idea of "Oneness" of Allah, that is Allah. One in Dzat, Sifat, Asma and Af'al.
Dzat is the entity.
Sifat is the visual.
Asma is the name.
Af'al is the deeds.

Meaning, the word "Allah" is just a name, our name since we were 3 months 10 days in our mother's uterus. and Ta'ala is our name when we are 8 months 10 days.


Wallahu a'lam bissawab.

Piece of Thought

Dear Friend...
Take ma'rifat as an asset of which you are never in loss.
And your mind and source of your next steps.
and Ridho is the destination.
Dear Friend...
Love is the breath of life.
Longing feeling is tool to come to Allah.
Dear Friend...
Take sadness as your best friend.
Your fortitude is your wealth.
Your poverty is your pride.
Dear Friend...
To stand up for the right is your daily deeds.
Knowledge is your weapon for victory.
your patience is your outfit.
Faith is your most delicious food.
Dear Friend...
The most beneficial deed is control yourself.
Honesty is your media.
Loyalty is your measure.
Quality share and passionate entertainment is your pray.
Dear Friend...
If this words go to your comprehension.
You will be enlightened.
Throw your anchor, drown yourself...into Allah immortal appearance.
Air Setitik Team
Diposting oleh Air Setitik Team di 3:37 PM 14 komentar  
Label:air setitik Allah, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tauhid 
Bagian IV: Pengantar Perjalalan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 

Bermula agama itu ialah dengan mengenal akan Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tempat seluruh umat manusia(baik yang beriman maupun yang tidak) bergantung dari segala harapan dan pengharapan. 

Dan tidaklah dipandang dan dianggap seseorang itu beragama sebelum ia mampu dan dapat mengenal Allah sebaik-baik dan sebenar-benarnya pengenalan. Jika demikian dapat dipastikan bahwa seluruh ibadah dan peribadatan yang dulu kita lakukan hingga sekarang dan sampai pada masa yang akan datang dianggap tidak syah karena arah yang tidak pasti ibadah dan peribadatan itu akan ditujukan kemana. 

Sementara yang kita tahu, yang kita yakini selama ini hanya sebatas dan sekedar nama saja tanpa tahu sebenarnya yang punya nama dan ujudnya. Dengan demikian sia-sialah apapun yang kita lakukan.

"Allah" adalah himpunan huruf-huruf hijaiyah yang berangkai dalam satu kesatuan kata yang kita imani dan yakini sebagai nama dari Tuhan yang teramat sakral, dan diatas dari segala yang Ada.

Coba kita tingkatkan pemahaman kita tentang Allah itu setingkat dari pemahaman kita yang ada.

Apakah dan siapakah Allah itu?


Demi Zat yang menguasai setiap sesuatu. "Allah" itu hanyalah sekedar nama saja, nama dari sekian nama Tuhan yang umum disebut Asmaul Husna (Nama-nama yang terpuji). Sedangkan "Tuhan" adalah suatu gelar kebesaran atau pangkat saja.

JIka memang demikian, bagaimanakah ibadah dan peribadatan kita itu? Apakah hanya ditujukan pada nama dan pangkat saja? Tidakkkah terlintas didalam lubuk hati ini untuk dapat tahu dan kenal dengan yang bernama "Allah", yang berpangkat "Tuhan"? Maksudnya adalah, mana ujudnya, yang bernama Allah dan berpangkat Tuhan?

Demi zat yang menguasai setiap sesuatu. Sudah menjadi hukum hidup dan kekal adanya, jika ada nama ada gelar dan pangkatnya. Sudah barang tentu ada ujudnya. Dan sangat mustahil jika ada nama, ada gelar dan pangkatnya tapi ujudnya tidak ada. Begitupun sebaliknya, mustahil ada ujud namun tidak ada nama, gelar atau pangkatnya karena nama dan empunya merupakan satu kesatuan mata rantai yang tidak bisa dipisah-pisahkan walaupun dengan alasan apapun juga. Apalagi sempat terlintas pengakuan kita didalam hati bahwa Allah itu ghaib adanya...na uju billlahi min jalik...

Ini merupakan persepsi yang keliru karena sesunggguhnya Allah itu nyata adanya. Justru manusialah yang sesungguhnya ghaib. Dan yang ghaib itu sendiri akan nyata dengan adanya yang nyata. Oleh sebab itulah maka wajib bagi kita beriman, untuk mengetahui, dan mengenal Allah. Bukan hanya sebatas dan sekedar kenal nama dan pangkatnya saja...akan tetapi samar dan kabur ujudnya. Jika demikian, betapa rugi, bodoh dan celakanya kita.

Hakekat kita mengenal dan tahu akan nama dan si empunya nama , adalah agar kita bisa dan dapat beroleh ma'rifat kepadanya. Sehingga seluruh aktifitas ibadah dan peribadatan yang kita lakukan siang-malam sebatas usia kita tersebut jangan sampai ada yang sia-sia dan tiada hasil. Terlebih lagi karena kurangnya ilmu tentang pengenalan kepadanya, tanpa sadar kita telah masuk dan hanyut serta tenggelam didalam samudra kesyirikan. Merasa setiap ibadah dan peribadatan yang telah kita lakukan sudah sampai pada puncak kebenaran yang hakiki. Namun sesungguhnya dinding tebal telah menjadi tirai dari kebenaran yang hakiki itu. Tanpa sadar kesyirikan menjadi kawan akrab disetiap langkah. Baik itu syirik jalli, sirik khafi, dan syirik khafi wal khafi.

Syirik jalli adalah syirik pada perbuatan.

Syirik khafi adalah syirik atau kesyirikan yang terlintas dalam hati.

Syirik khafi wal khafi adalah syisrik pada akuan/ perasaan kita.


Jika ada salah satu saja atau bahkan ketiga kesyirikan itu melekat pada diri kita, maka hal ini merupakan suatu perbuatan yang sangat buruk dan terkutuk. Dan tiada obat ataupun ampunannya kecuali dengan jalan meleburkan akan diri ke akuannya. 
Coba kita perhatikan dan renungkan baik-baik, dengan tanpa membawa ego atau kenafsuan diri, kita tilik dengan seksama uraian berikut. Katakan benar jika memenag kebenaran itu nampak dan nyata adanya. Namun jika kebenaran itu tidak nyata dan jelas maka jangan engkau pikirkan dan buang jauh-jauh supaya jangan menjadi fitnah yang besar.

Diawal sudah kita smpaikan bahwa "Allah" itu adalah sebuah nama atau identitas dari suatu diri. Tugas kita selanjutnya adalah dengan mencari ujudnya. Demi zat yang menguasai segala sesuatu. Bahwa bunyi "Allah" itu seandainya kita tidak berucap dan menyatakan, maka bunyi "Allah" tidak akan pernah ada. Tetapi karena kita berucap dan menyatakan "Allah" maka bunyi "Allah" itu ada.

Adakah bunyi "Allah" jika kita tidak berucap atau menyatakan, tentu tidak pernah ada, bukan?

Allah Swt berfirman:


"Aku disisi sangka hambaku dengan dia aku"

Maksudnya:

Kalau si hamba itu tidak manyangka aku, berarti aku tidak pernah ada, akan tetapi oleh karena hamba itu berkata itu Allah (Allah itu ada) maka nyatalah aku ada.

Intisarinya adalah sebagai berikut:

Jika Allah itu ada, maka hamba itu tidak pernah ada.

Jika hamba ada, maka Allah tidak akan ada.

Karena jika kita hamba, mana Allah?

Maka sebaliknya jika aku Allah, mana hamba?

Silahkan renungkan dan kaji lebih dalam dan apabila tidak jelas, minta dan tanyalah kepada ahli yang memang menguasai hal tersebut diatas.

Namun yang paling jelas, jawaban yang paling benar hanya ada pada diri anda saja! Itulah ma'rifat.

Adapun referensi yang dapat dijadikan bahan acuan untuk berjalan kesana adalah sebagai berikut:

Bunyi "Allah" itu terdiri dari huruf Alif, Lam awal, Lam akhir, dan Haa yang berhimpun dan perhimpunannya itu bermula pada waktu KUN awal yang mana disana menyebabkan adanya syahadat dan taubat. Yang juga menyebabkan turun dan jahirnya empat huruf utama yaitu Alif, Nun, Mim, dan Tha yang menyebabkan adanya maqom-maqom didalam perjalanan 99(Sembilan Puluh Sembilan) yang maqom tertingginya ada di mqom kedelapan (8) yaitu maqom khas atau maqom ilmu tentang Allah ta'ala. Atau bisa juga disebut maqom perjalanan Baginda Rasulullah Saw. ( Keterangan maqom kedelapan(8) ini tidak kami kupas dan hanya berlaku bagi kalangan Air Setitik Community saja).

Adapun tajallinya huruf Alif, Lam awal, Lam akhir, dan Haa itu berlangsung pada saat Allah itu sendiri tajalli pada Gaibul Hawiyah, sebab begitu Allah Swt itu tajalli di Goibul Hawiyah, Allah membawa huruf Alif, Lam awal, Lam akhir dan Haa.

Sedang tajallinya Allah apada Gaibul Mutallaq, disini Allah Swt membawa Zat, Sifat, Asma dan Af'al. Disini juga Allah Swt mengadakan sifat Nur dan mengadakan dua nama yaitu Kun Sa dan Kun Zat.

Kun Sa adalah titik dari Nur Muhammad yang diatas Arasy yang meliputi tujuh petala langit dan mengadakan satu nama yaitu nama awal-awal Nur Muhammad.

Sedangkan Kun Zat adalah titik dari Nur Muhammad yang ada dibawah Arasy yang meliputi tujuh petala bumi dan mengadakan nama yaitu nama awal-awal ummat.

Adapun arasy itu sendiri bukan berada di langit maupun dibumi, tetapi arasy itu ada dalam diri kita.

Proses selanjunya:

Zat maujud kepada huruf Alif.
Sifat maujud kepada huruf Lam awal.
Asma maujud kepada huruf Lam akhir.
Af'al maujud kepada huruf Haa.
Huruf-huruf itulah yang menjadi bunyi "Allah", yaitu:

Alif itu Zat bagi Allah yang menjadikan Rahasia bagi Muhammad dan menjadikan Cahaya kepada kita.

Lam awal itu Sifat bagi Allah menjadikan Tubuh kepada Muhammad dan menjadikan Ruh kepada kita.

Lam akhir itu Asma bagi Allah menjadikan Ilmu bagi Muhammad dan menjadikan Hati bagi kita.

Haa itu Af'al bagi Allah menjadikan Kelakuan pada Muhammad dan menjadikan Jasad pada kita.
Dari sekelumit penjelasan ini, jika dikembalikan kepada Tauhid, maka itulah kenyataan dirinya. Esa tiada yang lain. Esa pada Zatnya, Esa pada Sifatnya, Esa pada Asmanya, dan Esa pada Af'alnya.

Karena:
Zat itu tiada lain adalah Dirinya.

Sifat itu tiada lain adalah Rupanya.

Asma itu tiada lain adalah Namanya.

Af'al itu tiada lain adalah Kelakuannya.
Jadi bunyi "Allah" itu tiada lain hanya sekedar nama, yaitu nama kita semenjak didalam rahim ibu. Pada saat usia kandungan 3 bulan 10 hari. Sedangkan Ta'ala itu tiada lain adalah nama kita juga saat usia kandungan mencapai 8 bulan 10 hari.


Wallahu a'lam bissawab



Renungan


Sahabat...

Jadikanlah ma'rifat sebagai modal yang tiada akan pernah rugi.

Dan akal pikiran sebagai tempat berpijak untuk mengayunkan langkah.

Sedangkan keridhoan adalah tujuan akhirnya.

Sahabat...

Cinta itu nafas kehidupan.

Sedangkan rindu adalah alat untuk datang kepadanya.

Sahabat...

Jadikanlah duka sebagai kawan setiamu.

Sedangkan keteguhan adalah perbendaharaan yang tiada akan pernah susut.

Serta kefakiran patut menjadi kebanggaan.

Sahabat... 

Jadikanlah perjuangan untuk membela kebenaran sebagai perangaimu sehari-hari.

Sedangkan ilmu adalah senjata yang ampuh untuk meraih kemenangan.

Sesungguhnya pakaian kebesaran yang mulia dalam pandangannya adalah ketabahan.

Sedangkan hidangan yang lezat dan abadi adalah keyakinan.

Sahabat...

Pekerjaan yang paling menguntungkan adalah menahan diri.

Sedangkan wakil atau perantaranya adalah kejujuran.

Ketaatan adalah ukuran yang pasti.

Sedang percakapan yang mengasyikkan serta hiburan yang menggairahkan ada di dalam sholatmu.

Sahabat...

Jika seruan ini kau pahami, niscaya terang sudah jalanmu, labuhkan bidukmu, karam dan tenggelamlah engkau didalam keabadian Ujudnya...



Air Setitik Team

Diposting oleh Air Setitik Team di 10:14 AM 16 komentar  
Label:air setitik Allah, Asal muasal diri, Awal agama, Dzikir, Islam, Ma'rifat, Mengenal Diri, Muhammad, Nur MUhammad, Sufi, Syahadat, Takbir, Taubat, Tauhid 
Saturday, July 19, 2008
Chapter III: Introduction to “Self Journey”-Is Allah The Real One? 
Lo! religion with Allah (is) the Surrender (to His Will and guidance). Those who (formerly) received the Scripture differed only after knowledge came unto them, through transgression among themselves. Whoso disbelieveth the revelations of Allah (will find that) lo! Allah is swift at reckoning.
(Q.S. Ali Imran 19)

And whoso seeketh as religion other than the Surrender (to Allah) it will not be accepted from him, and he will be a loser in the Hereafter.
(Q.S. Ali Imran 85)

Going through those verses carefully, we are automatically inspired to find out what lies behind them. Why is Allah firmly saying that the most complete and perfect religion is Islam?

What is Islam for us and our life? 

It is the fact that numerous people embrace Islam as “given” by the family, relatives or environment. It is also fact that some embrace Islam for the sake of legal paper. This is to illustrate that there is such quality in taking it for granted and only words count for numerous Moslems. If that’s the case, then we have to review again ourselves and find out if we are on track. 

Have we taken the right path of Islam?
Are Moslems simply because of syahadat pledge? 

If we are still in that level, we would suggest you to seek help from ulama.

Allah explains on the hadits qudsi:
"Awalludin ma'rifatullah" 

The beginning of religion is to know Allah. We are not considered of people having believe until we really know the true Allah and all good deeds have been done will not be acceptable.

How to know Allah?


Allah answers:
“Know and find my secret as it is in you. Because my secret has been in you. Only you have not known”.

Have I been closer to you more than you to your own neck’s vein? So close that you can never see. That’s the symbolism you have to think about.

There are three ways to the journey of knowing Allah: 

Know the origin of your creation. You were from non existence and by Allah Qudrat and Iradat you were existed and you will be back to non existence. 

Know “your self”, the real you. 

“Kill yourself” in maknawiyah context, as it will lead you into the level of insanul kamil mukamil(more than perfect).

Allah says on hadits qudsi:


“Find me, if you find me then “I will kill you”, after I kill you then you “die”, and after you die I will replace you by “me”.”
“ Those who know themselves, will know Allah. Knowing Allah, die the “selfness”. “ 

Prophet Mohammad says:

" Adam was from the big sins, and any sinful man is nothing compares to know Allah, no matter how obedience he is, it is like body and soul, the true secret of Allah is within Allah’s secret.”


“That’s Islam which is pure or fitrah. Meaning that all activities and deeds will be aimed to the purity."

Because pure or fitrah is the essence of our “ True Self”. The “True Self” which is immortal.
"You take the knowledge from the death, your knowledge will die. You take the knowledge from the immortal, your knowledge will be everlasting.”


Waulahu a'lam bissawab.






Pearl of Wisdom

My hamba, you do not have anything, except anything I decide to be yours. Nor you possess anything, because I am the great creator. You do not have your body, because I made it. Only with my favor you could stand and with my words you were born into the universe.
My hamba, say…there’s no god but me, and then stand still walking the true path, so there is no god but me, no existence but me, and others but me are merely my creations of my hands and from my whispered soul. 

My hamba, anything is mine, never take anything belongs to me, bring all back to me, and I will return it to you with my hands, with my mercy. Lay your life on me and I will save you from any harm.

The truth is, you have known whom you have seen and you will be back to me. And I created others, and put hijab over you. And you will be covered with your own. And I cover you with “selves” which they call out themselves and build hijab towards me.
Go to yourself, after you believe in me, have you counted on me and have you kept your promise made before your creation?

My hamba, I created anything for you, how I could take it if you give yourself to other. You can not count on anything but me.

My hamba, I could not take it when you give yourself to other thing, although you expect heaven, as I created you only for me, to be by my side.

My hamba, I created you from my own blue print, being one, listen and see, and willing to say my names and my kingdom.

My hamba, you are where I see, no barrier between you and me. You are sitting in one table with me and there is no distance between. I am closer to you than your spoken words, look at me because I love to look at you.


Regards to all of you who have visited Air Setitik. May all Rahmat and Nikmat will take us in comfort….in living our ocean of life.


Air Setitik Team

Diposting oleh Air Setitik Team di 6:29 PM 10 komentar  
Label:air setitik Allah, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tauhid 
Bagian III: Pengantar Perjalalan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 
"Sesungguhnya agama yang syah pada pandangan Allah ialah Islam".
(Q.S. Ali Imran 19)

"Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi."

(Q.S. Ali Imran 85)


Menyikapi dua dari sekian banyak firman Allah Swt yang senada dengan yang tersebut diatas, tentu saja akan timbul tanda tanya besar dalam hati kita. Apa sesungguhnya hikmah yang tersirat dibalik ayat-ayat tersebut?
Kenapa begitu tegasnya Allah Swt menyatakan bahwa: Satu-satunya agama yang syah dan sempurna, penyempurna dari semua agama Allah yang ada ialah Islam.

Apa sesungguhnya Islam itu bagi kita dan bagi kehidupan umat manusia didunia ini?


Jujur kita katakan bahwa sebagian dari kita memeluk Islam itu hanya karena ikut-ikutan saja, misalnya kakek-nenek Islam, paman-bibi Islam, ayah-ibu Islam, maka dengan spontan kita menyatakan bahwa agama kita Islam juga. Atau bisa juga ketika membuat KTP(Kartu Tanda Penduduk) untuk mengisi format agama, tanpa ragu kita menyatakan agama Islam.
Demikian diantaranya contoh-contoh Islam yang hanya sekedar ucapan dan prasyarat suatu identitas tanpa mau merenungkan mengapa kita memilih Islam sebagai agama yang kita ikuti dan kita anut. Jika memang demikian keadaannya, maka sudah sepantasnyalah keislaman yang kita banggakan dan melekat sebagai identitas diri itu perlu kita ragukan dan kita pertanyakan keabsyahannya. 

Sudah benarkah Islam kita?
Apakah sudah dianggap Islam diri kita dengan hanya sekedar mengucapkan dua kalimah syahadat saja?


Jika memang masih ada keraguan, alangkah baiknya kita mencari kyai atau ulama untuk dapat mengislamkan kembali diri kita dalam artian minta bimbingan dan petunjuk tentang Islam yang sebenarnya.
Allah Swt telah berfirman dalam hadits qudsi: 

"Awalludin ma'rifatullah"

Awal agama adalah mengenal Allah. Selagi kita belum dapat mengenal Allah dengan sebenar-benarnya pengenalan, maka tetap kita dipandang orang yang tidak beragama/ belum beragama. Dengan demikian seluruh ibadah yang telah lakukan dan yang akan kita lakukan tetap dipandang tidak syah.

Bagaimana caranya kita dapat mengenal Allah itu? 


Allah Swt memberikan jawaban:

"Kenalilah, carilah, Sir atau rahasia diriku didalam dirimu. Karena Sir atau rahasiaku sudah ada dalam dirimu. Hanya kamu tidak mengetahuinya."

Bukankah Allah itu dekat bahkan teramat dekat dari pada urat lehermu sendiri, begitu dekatnya aku denganmu. Maka kamu tidak akan dapat melihat urat lehermu sendiri. Itulah mantik yang harus engkau renungkan wahai saudaraku.

Adapun jalan untuk untuk mengadakan pengenalan kepadanya, ada tiga jalan yang harus dilalui setahap demi setahap karena tanpa menempuh tiga jalan itu kamu tidak akan pernah sampai kepadanya. Jalan itu adalah:
Ketahuilah olehmu asal muasal kejadian dirimu. Bukankah tadinya kamu itu tidak ada lalu dengan Qudrat dan Iradatnya kamu diadakan, dan dengan Qudrat dan Iradatnya pula pada masa yang telah ditentukan, kamu akan dikembalikan kepada ketiadaan.
Ketahuilah olehmu siapa dan bagaimana dirimu itu sebenarnya(Mengenal Diri).
Mematikan Diri. Mati dalam artian maknawiyah, karena hanya dengan kematian maknawiyah seseorang akan mencapai derajat insanul kamil mukamil(sempurna diatas sempurna).

Allah berfirman dalam hadits qudsi:

"Carilah aku olehmu, bila kau temukan aku maka akan aku bunuh engkau, setelah aku bunuh maka matilah engkau, dan setelah engkau mati maka aku gantikan engkau akan diriku."

"Barang siapa mengenal dirinya maka niscaya akan dikenal Tuhannya. Dikenal Tuhannya, binasalah dirinya."

Nabi Muhammad juga bersabda:

" Bermula Adam itu dosa yang lebih besar, maka tiap-tiap diri(tubuh) yang berdosa tidaklah sempurna untuk mengenal Allah, walaupun bagaimana berbaktinya tetap tidak sempurna karena berbakti itu adalah umpama diri(tubuh) dengan ruh, maka dari itu ketahuilah sir (rahasia) Allah yang sebenar-benarnya didalam rahasianya yang ada".

Itulah Islam, Islam itu artinya suci atau fitrah. Maka seluruh aktifitas atau amaliah hidup ini akan bermuara pada kesucian.

Karena suci atau fitrah itu tiada lain dan tiada bukan adalah dirinya sendiri. Dan dirinya itulah diri yang sebenar-benarnya diri yang hidup , tiada akan pernah mati.

"Kamu peroleh ilmu dari yang mati maka ilmumu mati. Namun jika kamu peroleh ilmu itu dari yang hidup, maka ilmumu akan hidup dan tiada akan pernah mati."


Waulahu a'lam bissawab.





Mutiara Ilmu untuk Renungan
Wahai hambaku, engkau tiada memiliki sesuatupun, kecuali yang aku kehendaki untuk menjadi milikmu. Tiada juga memiliki dirimu, karena akulah maha penciptanya. Tiada pula engkau memiliki jasadmu, akulah yang membentuknya. Hanya dengan pertolonganku engkau dapat berdiri dan dengan kalimatku engkau datang kedunia ini.


Wahai hambaku, katakanlah tiada tuhan melainkan aku, kemudian tegaklah berdiri dijalan yang benar, maka tiada tuhan lain melainkan aku, tiada pula wujud yang sebenarnya kecuali untukku, dan segala yang lain selain dari padaku adalah dari buatan tanganku dan dari tiupan ruhku.

Wahai hambaku, segala sesuatu itu adalah kepunyaanku, bagiku dan untukku, jangan sekali-kali engkau merebut apa yang apa yang menjadi kepunyaanku. Kembalikan segala sesuatunya itu kepadaku, niscaya akan aku buahkan pengembalianmu dengan tanganku, dan kutambahkan padanya dengan kemurahanku. Serahkanlah segala sesuatu itu kepadaku, niscaya kuselamatkan engkau dari dari segala sesuatu .

Ketahuilah wahai hambaku, sesungguhnya engkau mengenal siapa yang telah engkau lihat dan kepadakulah engkau akan kembali. Kemudian aku ciptakan segala sesuatu untukmu dan aku labuhkan tirai (hijab) atasmu. Lalu engkaupun tertutup dengan tirai dirimu sendiri. Kemudian aku menghijab engkau dengan diri-diri yang lain, yang mana diri-diri yang lain itu menyeru pada dirinya dan menjadi penghijab daripadaku.

Maka telitilah dirimu, setelah engkau mempercayaiku, sudahkah engkau mengembalikan segala sesuatu itu kepadaku. Dan sudahkah engkau memenuhi perjanjian yang telah engkau buat denganku.

Wahai hambaku, kuciptakan segala sesuatu itu untukmu, maka bagaimana aku akan rela kalau engkau peruntukkan dirimu bagi sesuatu itu. Sesungguhnya akau melarang engkau untuk menggantungkan dirimu pada sesuatu selain aku.

Wahai hambaku, aku tidak rela engkau peruntukkan dirimu bagi sesuatu, walau harapanmu akan syurga sekalipun, karena sesungguhnya aku ciptakan engkau hanya untukku, supaya engkau berada disisiku.

Wahai hambaku, kuciptakan engkau atas pola gambarku seorang diri, tunggal, mendengar, melihat, dan berkemauan untuk menyatakan nama-namaku dan tempat untuk pemeliharaanku.
Wahai hambaku sekalian, engkau adalah sasaran pandanganku, tiada dinding penghalang yang memisahkan antaraku dan antaramu. Engkau teman duduk semajelis denganku maka tiada pembatas antaraku dan antaramu. Aku lebih dekat kepadamu daripada ucapan lisanmu, maka pandanglah kepadaku karena aku senang memandang kepadamu. 

Salam untuk seluruh rekan yang mengunjungi Air Setitik. Salam Rahmat dan Nikmat yang kita jalin bersama menjadi keNyamanan dalam mengarungi samudera dunia....



Air Setitik Tim
Diposting oleh Air Setitik Team di 9:49 AM 2 komentar  
Label:air setitik Allah, Asal muasal diri, Awal agama, Dzikir, Islam, Ma'rifat, Mengenal Diri, Muhammad, Nur MUhammad, Sufi, Syahadat, Takbir, Taubat, Tauhid 
Sunday, July 6, 2008
Chapter II: Introduction to A Self Journey-Is Allah The Real One? 
In our first chapter( please scroll down for the English version of first chapter published last month), "Air Setitik Team" pointed some fundamental questions with suggestion, encouragement and strong emphasis for us to ponder!
Those questions, encouragement and strong emphasis were vital in order to enable us to look back, to question what Allah has counted on our existence. What is our main role? Being born as an innocent by Allah's qodrat and iradat, walking the lifelines in this mortal earth, and back to Allah in the end.

Let's think this over, Our existence is from Non Existence. Then We were existed. And in turn we will be back into Non Existence...Where do we go after all?

We will take this opportunity to explore bit by bit on " Allah The Real One" topic with the hope that the subject is not only an imagination and assumption but something that will be more enlightening. We will do as much to cover questions, comments and feedback given by all of you on our first chapter of the first edition.
To find the answer of "Is Allah The Real One?", we will start with "The secret of Allah in creating man". Allah created man not without reasons, these are in fact are among the secrets themselves. And when we discover them, we will be drowned into the real belief, and the truth revealed. Until finally we are in haqqul yaqin that Allah is The Real One. And we see the truth from the truth, not only imagination and assumption. 
When we we say " Yes, Allah is The Real One",
One in Dzat,
One in Name,
One in Attribute,
One in A'fal,
Attributes and haqiqat shall never be put in Allah. In Allah, the source of Rahmat and Ni'mat lies, Allah is the upmost secret from secret, But the Allah shall be free from all secrets...and this is Tauhid. Never look for Allah as Allah has been in you, but Allah is alone one,
Not in your hair,
Not in your skin,
Not in your flesh,
Not in your vein,
Not in your blood,
Not in your bones,
Not in your brain,
Nor in your marrow.
But Allah is in our inner mind,
Not in sounds,
Not in Words,
No traces,
Is in emptiness, in tranquility....None but Allah


And Islam is pure...

Wallahu a'alam bi sawab,

Air Setitik Team
Diposting oleh Air Setitik Team di 10:03 AM 7 komentar  
Label:air setitik Allah, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tauhid 
Bagian II: Pengantar Perjalanan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 
Pada bagian pertama, "Air Setitik Tim" banyak mengemukakan dan mengetengahkan pertanyaan-pertanyaan dasar yang sifatnya himbauan, ajakan dan seruan yang ditujukan kepada kita semua tanpa kecuali!
Himbauan, ajakan dan seruan itu semata-mata hanya sekedar mengingatkan pada diri kita untuk mencoba menghitung mundur, melihat dan menerawang kembali ke belakang, merenungkan kembali apa sesunggguhnya yang telah diletakkan dan dipertaruhkan oleh Allah SWt kepada diri kita.
Apa sesungguhnya tugas utama kita selaku seorang anak manusia yang dengan qodrat dan iradatnya kita semua terlahirkan dari rahim seorang ibu. Untuk selanjutnya menapakkan kaki berjalan dan melangkah pasti dimuka bumi ini. Hingga pada suatu masa kelak sesuai dengan yang telah ditentukannya, kita semua akan kembali kepadanya.

Coba kita renungkan, adanya kita ini diawali dengan ketiadaan, kemudian diadakan, pada akhirnya nanti kita semua kembali ke ketiadaan. Kemana kiranya kita nanti?

Pada bagian kedua ini dan pada bagian yang akan datang, kita akan mencoba mengurai lebih lanjut menegenai ke-Esa-an Allah secara bertahap dan berkesinambungan. Sehingga pokok bahasan yang kita kupas benar-benar jelas dan tidak hanya sebatas angan belaka. Kami juga secara tidak langsung berupaya menjawab dan menanggapi komentar dan masukan yang telah masuk ke "Air Setitik Tim".
Sebagai langkah awal untuk menjawab pertanyaan "Betulkah Allah itu Esa?" ada baiknya kita mulai dengan sedikit mengungkap "Rahasia Allah Swt dibalik penciptaannya atas diri seorang anak manusia".
Allah Swt dalam mencipta diri seorang anak manusia bukannya tanpa maksud dan tujuan, akan tetapi ada makasud-maksud dan tujuan-tujuan tertentu yang menjadi rahasia dibalik penciptaannya.Yang mana ksemuanya itu kelak pada akhirnya akan bermuara pada satu titik kebenaran yang nyata, yang dapat membuahkan dan menghantarkan diri kita untuk masuk dan tenggelam dalam samudra keyakinan dan pembuktian atas ke-Esa-an dirinya. Hingga yang kita harapkan kita semua dapat melihat dengan jelas tanpa sangka dan angan-angan mengenai ke-Esa-annya.

Kelak pada akhirnya dengan keyaqinan yang kokoh atas dasar pembuktian akal dan pikir kita adapat berkata "Benar Allah Swt itu Esa".
Esa dalam Zatnya
Esa dalam Asmanya.
Esa pada Sifatnya.
Esa pada Af'alnya.
Tiada sifat menyifat atas dirinya, tiada hakikat menghakikatkan atas dirinya. Dan pada dirinyalah berhimpun segala Rahmat dan Nikmat.Dan pada dirinyalah yang terahasia dari yang rahasia namun rahasia itu sendiri tidak akan pernah ada pada dirinya. Itulah Tauhid.

Jangan dicari lagi karena ia sudah laitsya pada dirimu. Namun ia sendiri tidak bertempat,
Ia tidak dibulu.
Ia tidak dikulit.
Ia tidak didaging.
Ia tidak diurat.
Ia tidak didarah.
Ia tidak ditulang.
Ia tidak juga diotak dan tidak di sumsum.

Namun ia ada di inti bathin dari bathin seorang hamba,
Tidak bersuara.
Tidak berkalimah.
Tidak berbekas.
Dia hanya ada didalam keheningan dan kehampaan dirinya sendiri.

Dalam Islam adalah suci atau fitrah.

Wallahu a'lamu bi sawab.


Air Setitik Tim. 
Diposting oleh Air Setitik Team di 8:04 AM 2 komentar  
Label:air setitik Allah, Asal muasal diri, Awal agama, Dzikir, Islam, Ma'rifat, Mengenal Diri, Muhammad, Nur MUhammad, Sufi, Syahadat, Takbir, Taubat, Tauhid 
Monday, June 30, 2008
Chapter I: Introduction to A Self Journey-Is Allah The Real One? 
قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ
لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ
وَلَمۡ يَكُن لَّهُ ۥ ڪُفُوًا أَحَدُۢ

Allah Swt has explained on Al Qur'an sura Al Ikhlas verses 1-4:

Say: He is Allah, the One! 

Allah, the eternally Besought of all! 

He begetteth not nor was begotten. 
And there is none comparable unto Him. 

Those verses have clearly explained the "Oneness" of God. The question is how deep have we gone into serious efforts of understanding and examining this principle? We have to encourage ourselves to find the answers and evidence of anything we believe in to be true. This is one of the ways improving and strengthening our belief.

In our daily life, following questions and answers are common:
What is your religion? Quickly we answer Islam is our religion.
Who is your God? Definitely we will say Allah is my God.
Who is your prophet? Muhammad without doubt.
It is often those answers just come out automatically and we just take them for granted. Let's think over the following points:
Is Islam really our belief?
What is the true meaning of Islam to our life?
Have we put into our daily life, the benefit of Islam practice and way of life?

And now the questions on Allah:
Is Allah The One? What are the evidence?
Is Allah really our God?

What if we say that 

"Allah" is just a "Name" and 

"God" is just the a "Title"?

Where and Who is the real Allah?

Wujud is Allah's first Attribute, Allah must be Visible! Whenever there is a name and the title, there must be the one that owns them. 

On Muhammad as the last prophet of all, 
Who is the real Muhammad to us?
What are Muhammad's secrets to Allah and to us?

Probably those are just ordinary questions, however when we think them over and over again you might be a little closer to your self finding journey....

It is truly a big loss in our lives when we take the wrong ways, believing in God that is not real God and the same on our believe in prophet, angels, Holy Qur'an, Qiyamah and Life after life.

Allah has created human more than all of Allah's creatures with the hope that we could utilize all of our power, energy and thoughts to find who really Allah is.

وَٱلۡعَصۡرِ
إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِى خُسۡرٍ
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ 

"By the declining day, (1) Lo! man is a state of loss, (2) Save those who believe and do good works, and exhort one another to truth and exhort one another to endurance. (3) . "
(Al Qur'an Surat Al-Ashr ayat 1-3) 

May Allah bless with us. We do hope this short introduction will inspire us to find ways to get closer to Self Journey.

We invite you to any discussion and share of thoughts with the spirit of amar ma'ruf nahi mungkar .

We will come with another chapter on other preliminary subjects of Self Journey.

Wallahu a'lamu Bis sawab. 

A Drop of Water Team.
Diposting oleh Air Setitik Team di 11:33 AM 6 komentar  
Label:air setitik Allah, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tauhid 
Bagian I: Pengantar Perjalanan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ 

ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ 

لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ 

وَلَمۡ يَكُن لَّهُ ۥ ڪُفُوًا أَحَدُۢ

Allah Swt telah mengisyaratkan akan keesaan-NYA di dalam Al-Qur'an yaitu pada surat Al-Ikhlas ayat 1-4. Disana disebutkan bahwa:
Katakanlah: Dia-lah Allah yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang segala sesuatunya bergantung kepada-Nya.
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkkan.
Dan tiada satu apapun jua yang setara dengan Dia.

Ayat tersebut, sangat gamblang, jelas dan tegas menerangkan tentang ke Esa-an diri-Nya. Namun bagi kita umat manusia, yang menjadi titik permasalahannya adalah sampai berapa jauhkah penelitian, pembelajaran dan penelaahan kita tentang ke Esa-an Allah itu? 

Sesuatu yang kita jadikan keyakinan harus melalui pembuktian. Karena dengan pembuktian itu suatu keyakinan akan menjadi kokoh dan tidak akan pernah pudar ataupun bergeser.

Jika kita ditanya agamamu apa? Secepat kilat kita menjawab bahwa agama kita Islam.

Siapa Tuhanmu? Dengan cekatan kita menjawab Allah Tuhanku.
Siapa Nabimu? Tanpa ragu kita menjawab Muhammad Saw adalah nabiku.


Tapi hanya sebatas itukah pengetahuan kita tentang hal tersebut diatas? Tidakkah terpikir oleh kita untuk menanyakan kembali tentang kebenaran jawaban kita itu pada diri kita masing-masing?
Betulkah Islam itu agama kita?
Apa arti Islam itu yang sebenarnya bagi kita?
sudahkah kita merasakan buah daripada Islam itu pada amaliah kehidupan kita sehari-harinya?

Begitu pula dengan Allah,
Betulkah Allah itu Esa? Apa bukti yang dapat membenarkan tentang ke Esa-an-Nya itu?
Betulkah Allah itu Tuhan kita?

Sedangkan yang kita tahu kalau Allah itu suatu Nama, nama dari Asma'ul Husna. 
Tuhan itu sendiri adalah pangkat atau gelar derajat kebesaran-Nya. 



Mana ujud-Nya? Sebab didalam sifat-Nya yang 13, Wujud adalah sifat-Nya yang awal. Ada Nama ada Pangkat-Nya tentu ada Ujud-Nya. Mustahil Nama dan Pangkat akan berpisah dari yang empunnya Nama dan Pangkat.

Begitu pula dengan Muhammad yang kita akui sebagai nabi terakhir atau penutup dari segala nabi dan rasul yang diturunkan sebagai rahmat semesta alam.
Siapa Muhammad itu sebenarnya bagi kita?
Apa rahasianya bagi Allah dan bagi kita sendiri?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas adalah suatu cambuk bagi kta untuk terus menggali dan mencari tahu tentang kebenaran atas apa yang kita yakini selama ini. Hal ini akan menjadi sepele jika kita hanya menyimaknya sambil lalu, akan tetapi akan menjadi hal yang amat dahsyat dan mendasar apabila kita mau memikirkan dan merenungkannya dengan sungguh-singguh.

Betapa rugi dan sia-sianya hidup ini jika selama ini apa yang kita yakini itu ternyata salah dan keliru. Menganggap Tuhan yang sebenarnya bukan Tuhan, menganggap nabi dari yang sebenarnya bukan Nabi. begitu pula dengan Rasul, Malaikat, Kitab, Qiyamat, dan Akhirat.

Betapa bodoh dan hinanya diri kita ini jika sedangkal itu kita menyikapi masalah-masalah dasar yang menjadi landasan dan pondasi awal kita memeluk dan meyakini Islam sebagai agama yang kita sandang. Tidakkah semua itu pernah terlintas dalam benak kita semua? Sementara kita sendiri diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna dibanding makhluk- makhluk ciptaan-Nya karena Allah Swt telah meletakkan akal dan fikir sebagai pembeda antara kita manusia dengan makhluk ciptaan-Nya.

وَٱلۡعَصۡرِ

إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِى خُسۡرٍ 

إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. "

(Al Qur'an Surat Al-Ashr ayat 1-3)

Demikian pengenalan dasar ini kami sampaikan, dan kami sangat terbuka apabila anda berkenan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dalam rangka amar ma'ruf nahi mungkar untuk mencari diri yang sebenarnya diri.

Pada pembahasan Bab selanjutnya, kami akan menguraikan bab Pengenalan Diri yang lain.
Wallahu a'lamu Bis sawab.



Air Setitik Tim.
Diposting oleh Air Setitik Team di 8:25 AM 6 komentar  
Label:air setitik Allah, Asal muasal diri, Awal agama, Dzikir, Islam, Ma'rifat, Mengenal Diri, Muhammad, Nur MUhammad, Sufi, Syahadat, Takbir, Taubat, Tauhid 
Newer Posts 
Home 
Subscribe to: Posts (Atom) 
Air Setitik Community
Air Setitik Team
Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia
View my complete profile 
Kumpulan jiwa-jiwa yang menempuh perjalanan pencarian dan pengenalan diri yang sebenarnya.
The community of individuals in their journey to find themselves.

Contact us at
Blog Site: http://airsetitik.tk/, or http://airsetitik.co.cc/
Email : air_setitik@yahoo.com, or air.setitik@yahoo.com
Skype : air.setitik


Air Setitik Archive
▼ 2008 (12) 
▼ June 2008 (2) 
Bagian I: Pengantar Perjalanan Diri-Benarkah Allah...
Chapter I: Introduction to A Self Journey-Is Allah...
► July 2008 (4) 
► August 2008 (4) 
► September 2008 (1) 
► December 2008 (1) 
Air Setitik Message


 
Air Setitik Translator


 
Air Setitik TrafficLive Traffic Feed 
Top Jakarta Blogs 
  Jakarta, Jakarta Raya left "Air Setitik/ A Drop of Water: September 2008" via 4.bp.blogspot.com 
  Jakarta, Jakarta Raya arrived from airsetitik.tk on "Air Setitik/ A Drop of Water" 
  United States arrived from airsetitik.co.cc on "Air Setitik/ A Drop of Water" 
  Batam, Riau arrived from airsetitik.tk on "Air Setitik/ A Drop of Water" 
  Bandung, Jawa Barat arrived from blogger.com on "Air Setitik/ A Drop of Water" 
  Jakarta, Jakarta Raya arrived from airsetitik.tk on "Air Setitik/ A Drop of Water" 
  Jakarta, Jakarta Raya arrived from google.co.id on "Air Setitik/ A Drop of Water: Bagian IV: Pengantar Perjalalan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa?" 
  Pulau Sebang, Melaka arrived from blogger.com on "Air Setitik/ A Drop of Water" 
  Kuala Lumpur, Wilayah Persekutuan arrived from airsetitik.co.cc on "Air Setitik/ A Drop of Water" 
  Kuala Lumpur, Wilayah Persekutuan arrived from airsetitik.co.cc on "Air Setitik/ A Drop of Water" 
Watch in Real-Time 
Options>>  
Click to get FEEDJIT 


Air Setitik Time and Date


 
Air Setitik Traffic Map
 
Air Setitik/ A Drop of Water 

Mengenal satu dari yang banyak. To know the one from pieces. Mengenal banyak dari yang satu. To know the pieces from one. Mengenal satu dari yang satu. To know the one from one. Mengenal diri. To know yourself.
Showing posts with label Asal muasal diri. Show all posts 

Tuesday, August 5, 2008
Bagian IV: Pengantar Perjalalan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 

Bermula agama itu ialah dengan mengenal akan Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tempat seluruh umat manusia(baik yang beriman maupun yang tidak) bergantung dari segala harapan dan pengharapan. 

Dan tidaklah dipandang dan dianggap seseorang itu beragama sebelum ia mampu dan dapat mengenal Allah sebaik-baik dan sebenar-benarnya pengenalan. Jika demikian dapat dipastikan bahwa seluruh ibadah dan peribadatan yang dulu kita lakukan hingga sekarang dan sampai pada masa yang akan datang dianggap tidak syah karena arah yang tidak pasti ibadah dan peribadatan itu akan ditujukan kemana. 

Sementara yang kita tahu, yang kita yakini selama ini hanya sebatas dan sekedar nama saja tanpa tahu sebenarnya yang punya nama dan ujudnya. Dengan demikian sia-sialah apapun yang kita lakukan.

"Allah" adalah himpunan huruf-huruf hijaiyah yang berangkai dalam satu kesatuan kata yang kita imani dan yakini sebagai nama dari Tuhan yang teramat sakral, dan diatas dari segala yang Ada.

Coba kita tingkatkan pemahaman kita tentang Allah itu setingkat dari pemahaman kita yang ada.

Apakah dan siapakah Allah itu?


Demi Zat yang menguasai setiap sesuatu. "Allah" itu hanyalah sekedar nama saja, nama dari sekian nama Tuhan yang umum disebut Asmaul Husna (Nama-nama yang terpuji). Sedangkan "Tuhan" adalah suatu gelar kebesaran atau pangkat saja.

JIka memang demikian, bagaimanakah ibadah dan peribadatan kita itu? Apakah hanya ditujukan pada nama dan pangkat saja? Tidakkkah terlintas didalam lubuk hati ini untuk dapat tahu dan kenal dengan yang bernama "Allah", yang berpangkat "Tuhan"? Maksudnya adalah, mana ujudnya, yang bernama Allah dan berpangkat Tuhan?

Demi zat yang menguasai setiap sesuatu. Sudah menjadi hukum hidup dan kekal adanya, jika ada nama ada gelar dan pangkatnya. Sudah barang tentu ada ujudnya. Dan sangat mustahil jika ada nama, ada gelar dan pangkatnya tapi ujudnya tidak ada. Begitupun sebaliknya, mustahil ada ujud namun tidak ada nama, gelar atau pangkatnya karena nama dan empunya merupakan satu kesatuan mata rantai yang tidak bisa dipisah-pisahkan walaupun dengan alasan apapun juga. Apalagi sempat terlintas pengakuan kita didalam hati bahwa Allah itu ghaib adanya...na uju billlahi min jalik...

Ini merupakan persepsi yang keliru karena sesunggguhnya Allah itu nyata adanya. Justru manusialah yang sesungguhnya ghaib. Dan yang ghaib itu sendiri akan nyata dengan adanya yang nyata. Oleh sebab itulah maka wajib bagi kita beriman, untuk mengetahui, dan mengenal Allah. Bukan hanya sebatas dan sekedar kenal nama dan pangkatnya saja...akan tetapi samar dan kabur ujudnya. Jika demikian, betapa rugi, bodoh dan celakanya kita.

Hakekat kita mengenal dan tahu akan nama dan si empunya nama , adalah agar kita bisa dan dapat beroleh ma'rifat kepadanya. Sehingga seluruh aktifitas ibadah dan peribadatan yang kita lakukan siang-malam sebatas usia kita tersebut jangan sampai ada yang sia-sia dan tiada hasil. Terlebih lagi karena kurangnya ilmu tentang pengenalan kepadanya, tanpa sadar kita telah masuk dan hanyut serta tenggelam didalam samudra kesyirikan. Merasa setiap ibadah dan peribadatan yang telah kita lakukan sudah sampai pada puncak kebenaran yang hakiki. Namun sesungguhnya dinding tebal telah menjadi tirai dari kebenaran yang hakiki itu. Tanpa sadar kesyirikan menjadi kawan akrab disetiap langkah. Baik itu syirik jalli, sirik khafi, dan syirik khafi wal khafi.

Syirik jalli adalah syirik pada perbuatan.

Syirik khafi adalah syirik atau kesyirikan yang terlintas dalam hati.

Syirik khafi wal khafi adalah syisrik pada akuan/ perasaan kita.


Jika ada salah satu saja atau bahkan ketiga kesyirikan itu melekat pada diri kita, maka hal ini merupakan suatu perbuatan yang sangat buruk dan terkutuk. Dan tiada obat ataupun ampunannya kecuali dengan jalan meleburkan akan diri ke akuannya. 
Coba kita perhatikan dan renungkan baik-baik, dengan tanpa membawa ego atau kenafsuan diri, kita tilik dengan seksama uraian berikut. Katakan benar jika memenag kebenaran itu nampak dan nyata adanya. Namun jika kebenaran itu tidak nyata dan jelas maka jangan engkau pikirkan dan buang jauh-jauh supaya jangan menjadi fitnah yang besar.

Diawal sudah kita smpaikan bahwa "Allah" itu adalah sebuah nama atau identitas dari suatu diri. Tugas kita selanjutnya adalah dengan mencari ujudnya. Demi zat yang menguasai segala sesuatu. Bahwa bunyi "Allah" itu seandainya kita tidak berucap dan menyatakan, maka bunyi "Allah" tidak akan pernah ada. Tetapi karena kita berucap dan menyatakan "Allah" maka bunyi "Allah" itu ada.

Adakah bunyi "Allah" jika kita tidak berucap atau menyatakan, tentu tidak pernah ada, bukan?

Allah Swt berfirman:


"Aku disisi sangka hambaku dengan dia aku"

Maksudnya:

Kalau si hamba itu tidak manyangka aku, berarti aku tidak pernah ada, akan tetapi oleh karena hamba itu berkata itu Allah (Allah itu ada) maka nyatalah aku ada.

Intisarinya adalah sebagai berikut:

Jika Allah itu ada, maka hamba itu tidak pernah ada.

Jika hamba ada, maka Allah tidak akan ada.

Karena jika kita hamba, mana Allah?

Maka sebaliknya jika aku Allah, mana hamba?

Silahkan renungkan dan kaji lebih dalam dan apabila tidak jelas, minta dan tanyalah kepada ahli yang memang menguasai hal tersebut diatas.

Namun yang paling jelas, jawaban yang paling benar hanya ada pada diri anda saja! Itulah ma'rifat.

Adapun referensi yang dapat dijadikan bahan acuan untuk berjalan kesana adalah sebagai berikut:

Bunyi "Allah" itu terdiri dari huruf Alif, Lam awal, Lam akhir, dan Haa yang berhimpun dan perhimpunannya itu bermula pada waktu KUN awal yang mana disana menyebabkan adanya syahadat dan taubat. Yang juga menyebabkan turun dan jahirnya empat huruf utama yaitu Alif, Nun, Mim, dan Tha yang menyebabkan adanya maqom-maqom didalam perjalanan 99(Sembilan Puluh Sembilan) yang maqom tertingginya ada di mqom kedelapan (8) yaitu maqom khas atau maqom ilmu tentang Allah ta'ala. Atau bisa juga disebut maqom perjalanan Baginda Rasulullah Saw. ( Keterangan maqom kedelapan(8) ini tidak kami kupas dan hanya berlaku bagi kalangan Air Setitik Community saja).

Adapun tajallinya huruf Alif, Lam awal, Lam akhir, dan Haa itu berlangsung pada saat Allah itu sendiri tajalli pada Gaibul Hawiyah, sebab begitu Allah Swt itu tajalli di Goibul Hawiyah, Allah membawa huruf Alif, Lam awal, Lam akhir dan Haa.

Sedang tajallinya Allah apada Gaibul Mutallaq, disini Allah Swt membawa Zat, Sifat, Asma dan Af'al. Disini juga Allah Swt mengadakan sifat Nur dan mengadakan dua nama yaitu Kun Sa dan Kun Zat.

Kun Sa adalah titik dari Nur Muhammad yang diatas Arasy yang meliputi tujuh petala langit dan mengadakan satu nama yaitu nama awal-awal Nur Muhammad.

Sedangkan Kun Zat adalah titik dari Nur Muhammad yang ada dibawah Arasy yang meliputi tujuh petala bumi dan mengadakan nama yaitu nama awal-awal ummat.

Adapun arasy itu sendiri bukan berada di langit maupun dibumi, tetapi arasy itu ada dalam diri kita.

Proses selanjunya:

Zat maujud kepada huruf Alif.
Sifat maujud kepada huruf Lam awal.
Asma maujud kepada huruf Lam akhir.
Af'al maujud kepada huruf Haa.
Huruf-huruf itulah yang menjadi bunyi "Allah", yaitu:

Alif itu Zat bagi Allah yang menjadikan Rahasia bagi Muhammad dan menjadikan Cahaya kepada kita.

Lam awal itu Sifat bagi Allah menjadikan Tubuh kepada Muhammad dan menjadikan Ruh kepada kita.

Lam akhir itu Asma bagi Allah menjadikan Ilmu bagi Muhammad dan menjadikan Hati bagi kita.

Haa itu Af'al bagi Allah menjadikan Kelakuan pada Muhammad dan menjadikan Jasad pada kita.
Dari sekelumit penjelasan ini, jika dikembalikan kepada Tauhid, maka itulah kenyataan dirinya. Esa tiada yang lain. Esa pada Zatnya, Esa pada Sifatnya, Esa pada Asmanya, dan Esa pada Af'alnya.

Karena:
Zat itu tiada lain adalah Dirinya.

Sifat itu tiada lain adalah Rupanya.

Asma itu tiada lain adalah Namanya.

Af'al itu tiada lain adalah Kelakuannya.
Jadi bunyi "Allah" itu tiada lain hanya sekedar nama, yaitu nama kita semenjak didalam rahim ibu. Pada saat usia kandungan 3 bulan 10 hari. Sedangkan Ta'ala itu tiada lain adalah nama kita juga saat usia kandungan mencapai 8 bulan 10 hari.


Wallahu a'lam bissawab



Renungan


Sahabat...

Jadikanlah ma'rifat sebagai modal yang tiada akan pernah rugi.

Dan akal pikiran sebagai tempat berpijak untuk mengayunkan langkah.

Sedangkan keridhoan adalah tujuan akhirnya.

Sahabat...

Cinta itu nafas kehidupan.

Sedangkan rindu adalah alat untuk datang kepadanya.

Sahabat...

Jadikanlah duka sebagai kawan setiamu.

Sedangkan keteguhan adalah perbendaharaan yang tiada akan pernah susut.

Serta kefakiran patut menjadi kebanggaan.

Sahabat... 

Jadikanlah perjuangan untuk membela kebenaran sebagai perangaimu sehari-hari.

Sedangkan ilmu adalah senjata yang ampuh untuk meraih kemenangan.

Sesungguhnya pakaian kebesaran yang mulia dalam pandangannya adalah ketabahan.

Sedangkan hidangan yang lezat dan abadi adalah keyakinan.

Sahabat...

Pekerjaan yang paling menguntungkan adalah menahan diri.

Sedangkan wakil atau perantaranya adalah kejujuran.

Ketaatan adalah ukuran yang pasti.

Sedang percakapan yang mengasyikkan serta hiburan yang menggairahkan ada di dalam sholatmu.

Sahabat...

Jika seruan ini kau pahami, niscaya terang sudah jalanmu, labuhkan bidukmu, karam dan tenggelamlah engkau didalam keabadian Ujudnya...



Air Setitik Team

Diposting oleh Air Setitik Team di 10:14 AM 16 komentar  
Label:air setitik Allah, Asal muasal diri, Awal agama, Dzikir, Islam, Ma'rifat, Mengenal Diri, Muhammad, Nur MUhammad, Sufi, Syahadat, Takbir, Taubat, Tauhid 
 
Saturday, July 19, 2008
Bagian III: Pengantar Perjalalan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 
"Sesungguhnya agama yang syah pada pandangan Allah ialah Islam".
(Q.S. Ali Imran 19)

"Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi."

(Q.S. Ali Imran 85)


Menyikapi dua dari sekian banyak firman Allah Swt yang senada dengan yang tersebut diatas, tentu saja akan timbul tanda tanya besar dalam hati kita. Apa sesungguhnya hikmah yang tersirat dibalik ayat-ayat tersebut?
Kenapa begitu tegasnya Allah Swt menyatakan bahwa: Satu-satunya agama yang syah dan sempurna, penyempurna dari semua agama Allah yang ada ialah Islam.

Apa sesungguhnya Islam itu bagi kita dan bagi kehidupan umat manusia didunia ini?


Jujur kita katakan bahwa sebagian dari kita memeluk Islam itu hanya karena ikut-ikutan saja, misalnya kakek-nenek Islam, paman-bibi Islam, ayah-ibu Islam, maka dengan spontan kita menyatakan bahwa agama kita Islam juga. Atau bisa juga ketika membuat KTP(Kartu Tanda Penduduk) untuk mengisi format agama, tanpa ragu kita menyatakan agama Islam.
Demikian diantaranya contoh-contoh Islam yang hanya sekedar ucapan dan prasyarat suatu identitas tanpa mau merenungkan mengapa kita memilih Islam sebagai agama yang kita ikuti dan kita anut. Jika memang demikian keadaannya, maka sudah sepantasnyalah keislaman yang kita banggakan dan melekat sebagai identitas diri itu perlu kita ragukan dan kita pertanyakan keabsyahannya. 

Sudah benarkah Islam kita?
Apakah sudah dianggap Islam diri kita dengan hanya sekedar mengucapkan dua kalimah syahadat saja?


Jika memang masih ada keraguan, alangkah baiknya kita mencari kyai atau ulama untuk dapat mengislamkan kembali diri kita dalam artian minta bimbingan dan petunjuk tentang Islam yang sebenarnya.
Allah Swt telah berfirman dalam hadits qudsi: 

"Awalludin ma'rifatullah"

Awal agama adalah mengenal Allah. Selagi kita belum dapat mengenal Allah dengan sebenar-benarnya pengenalan, maka tetap kita dipandang orang yang tidak beragama/ belum beragama. Dengan demikian seluruh ibadah yang telah lakukan dan yang akan kita lakukan tetap dipandang tidak syah.

Bagaimana caranya kita dapat mengenal Allah itu? 


Allah Swt memberikan jawaban:

"Kenalilah, carilah, Sir atau rahasia diriku didalam dirimu. Karena Sir atau rahasiaku sudah ada dalam dirimu. Hanya kamu tidak mengetahuinya."

Bukankah Allah itu dekat bahkan teramat dekat dari pada urat lehermu sendiri, begitu dekatnya aku denganmu. Maka kamu tidak akan dapat melihat urat lehermu sendiri. Itulah mantik yang harus engkau renungkan wahai saudaraku.

Adapun jalan untuk untuk mengadakan pengenalan kepadanya, ada tiga jalan yang harus dilalui setahap demi setahap karena tanpa menempuh tiga jalan itu kamu tidak akan pernah sampai kepadanya. Jalan itu adalah:
Ketahuilah olehmu asal muasal kejadian dirimu. Bukankah tadinya kamu itu tidak ada lalu dengan Qudrat dan Iradatnya kamu diadakan, dan dengan Qudrat dan Iradatnya pula pada masa yang telah ditentukan, kamu akan dikembalikan kepada ketiadaan.
Ketahuilah olehmu siapa dan bagaimana dirimu itu sebenarnya(Mengenal Diri).
Mematikan Diri. Mati dalam artian maknawiyah, karena hanya dengan kematian maknawiyah seseorang akan mencapai derajat insanul kamil mukamil(sempurna diatas sempurna).

Allah berfirman dalam hadits qudsi:

"Carilah aku olehmu, bila kau temukan aku maka akan aku bunuh engkau, setelah aku bunuh maka matilah engkau, dan setelah engkau mati maka aku gantikan engkau akan diriku."

"Barang siapa mengenal dirinya maka niscaya akan dikenal Tuhannya. Dikenal Tuhannya, binasalah dirinya."

Nabi Muhammad juga bersabda:

" Bermula Adam itu dosa yang lebih besar, maka tiap-tiap diri(tubuh) yang berdosa tidaklah sempurna untuk mengenal Allah, walaupun bagaimana berbaktinya tetap tidak sempurna karena berbakti itu adalah umpama diri(tubuh) dengan ruh, maka dari itu ketahuilah sir (rahasia) Allah yang sebenar-benarnya didalam rahasianya yang ada".

Itulah Islam, Islam itu artinya suci atau fitrah. Maka seluruh aktifitas atau amaliah hidup ini akan bermuara pada kesucian.

Karena suci atau fitrah itu tiada lain dan tiada bukan adalah dirinya sendiri. Dan dirinya itulah diri yang sebenar-benarnya diri yang hidup , tiada akan pernah mati.

"Kamu peroleh ilmu dari yang mati maka ilmumu mati. Namun jika kamu peroleh ilmu itu dari yang hidup, maka ilmumu akan hidup dan tiada akan pernah mati."


Waulahu a'lam bissawab.





Mutiara Ilmu untuk Renungan
Wahai hambaku, engkau tiada memiliki sesuatupun, kecuali yang aku kehendaki untuk menjadi milikmu. Tiada juga memiliki dirimu, karena akulah maha penciptanya. Tiada pula engkau memiliki jasadmu, akulah yang membentuknya. Hanya dengan pertolonganku engkau dapat berdiri dan dengan kalimatku engkau datang kedunia ini.


Wahai hambaku, katakanlah tiada tuhan melainkan aku, kemudian tegaklah berdiri dijalan yang benar, maka tiada tuhan lain melainkan aku, tiada pula wujud yang sebenarnya kecuali untukku, dan segala yang lain selain dari padaku adalah dari buatan tanganku dan dari tiupan ruhku.

Wahai hambaku, segala sesuatu itu adalah kepunyaanku, bagiku dan untukku, jangan sekali-kali engkau merebut apa yang apa yang menjadi kepunyaanku. Kembalikan segala sesuatunya itu kepadaku, niscaya akan aku buahkan pengembalianmu dengan tanganku, dan kutambahkan padanya dengan kemurahanku. Serahkanlah segala sesuatu itu kepadaku, niscaya kuselamatkan engkau dari dari segala sesuatu .

Ketahuilah wahai hambaku, sesungguhnya engkau mengenal siapa yang telah engkau lihat dan kepadakulah engkau akan kembali. Kemudian aku ciptakan segala sesuatu untukmu dan aku labuhkan tirai (hijab) atasmu. Lalu engkaupun tertutup dengan tirai dirimu sendiri. Kemudian aku menghijab engkau dengan diri-diri yang lain, yang mana diri-diri yang lain itu menyeru pada dirinya dan menjadi penghijab daripadaku.

Maka telitilah dirimu, setelah engkau mempercayaiku, sudahkah engkau mengembalikan segala sesuatu itu kepadaku. Dan sudahkah engkau memenuhi perjanjian yang telah engkau buat denganku.

Wahai hambaku, kuciptakan segala sesuatu itu untukmu, maka bagaimana aku akan rela kalau engkau peruntukkan dirimu bagi sesuatu itu. Sesungguhnya akau melarang engkau untuk menggantungkan dirimu pada sesuatu selain aku.

Wahai hambaku, aku tidak rela engkau peruntukkan dirimu bagi sesuatu, walau harapanmu akan syurga sekalipun, karena sesungguhnya aku ciptakan engkau hanya untukku, supaya engkau berada disisiku.

Wahai hambaku, kuciptakan engkau atas pola gambarku seorang diri, tunggal, mendengar, melihat, dan berkemauan untuk menyatakan nama-namaku dan tempat untuk pemeliharaanku.
Wahai hambaku sekalian, engkau adalah sasaran pandanganku, tiada dinding penghalang yang memisahkan antaraku dan antaramu. Engkau teman duduk semajelis denganku maka tiada pembatas antaraku dan antaramu. Aku lebih dekat kepadamu daripada ucapan lisanmu, maka pandanglah kepadaku karena aku senang memandang kepadamu. 

Salam untuk seluruh rekan yang mengunjungi Air Setitik. Salam Rahmat dan Nikmat yang kita jalin bersama menjadi keNyamanan dalam mengarungi samudera dunia....



Air Setitik Tim
Diposting oleh Air Setitik Team di 9:49 AM 2 komentar  
Label:air setitik Allah, Asal muasal diri, Awal agama, Dzikir, Islam, Ma'rifat, Mengenal Diri, Muhammad, Nur MUhammad, Sufi, Syahadat, Takbir, Taubat, Tauhid 
 
Sunday, July 6, 2008
Bagian II: Pengantar Perjalanan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 
Pada bagian pertama, "Air Setitik Tim" banyak mengemukakan dan mengetengahkan pertanyaan-pertanyaan dasar yang sifatnya himbauan, ajakan dan seruan yang ditujukan kepada kita semua tanpa kecuali!
Himbauan, ajakan dan seruan itu semata-mata hanya sekedar mengingatkan pada diri kita untuk mencoba menghitung mundur, melihat dan menerawang kembali ke belakang, merenungkan kembali apa sesunggguhnya yang telah diletakkan dan dipertaruhkan oleh Allah SWt kepada diri kita.
Apa sesungguhnya tugas utama kita selaku seorang anak manusia yang dengan qodrat dan iradatnya kita semua terlahirkan dari rahim seorang ibu. Untuk selanjutnya menapakkan kaki berjalan dan melangkah pasti dimuka bumi ini. Hingga pada suatu masa kelak sesuai dengan yang telah ditentukannya, kita semua akan kembali kepadanya.

Coba kita renungkan, adanya kita ini diawali dengan ketiadaan, kemudian diadakan, pada akhirnya nanti kita semua kembali ke ketiadaan. Kemana kiranya kita nanti?

Pada bagian kedua ini dan pada bagian yang akan datang, kita akan mencoba mengurai lebih lanjut menegenai ke-Esa-an Allah secara bertahap dan berkesinambungan. Sehingga pokok bahasan yang kita kupas benar-benar jelas dan tidak hanya sebatas angan belaka. Kami juga secara tidak langsung berupaya menjawab dan menanggapi komentar dan masukan yang telah masuk ke "Air Setitik Tim".
Sebagai langkah awal untuk menjawab pertanyaan "Betulkah Allah itu Esa?" ada baiknya kita mulai dengan sedikit mengungkap "Rahasia Allah Swt dibalik penciptaannya atas diri seorang anak manusia".
Allah Swt dalam mencipta diri seorang anak manusia bukannya tanpa maksud dan tujuan, akan tetapi ada makasud-maksud dan tujuan-tujuan tertentu yang menjadi rahasia dibalik penciptaannya.Yang mana ksemuanya itu kelak pada akhirnya akan bermuara pada satu titik kebenaran yang nyata, yang dapat membuahkan dan menghantarkan diri kita untuk masuk dan tenggelam dalam samudra keyakinan dan pembuktian atas ke-Esa-an dirinya. Hingga yang kita harapkan kita semua dapat melihat dengan jelas tanpa sangka dan angan-angan mengenai ke-Esa-annya.

Kelak pada akhirnya dengan keyaqinan yang kokoh atas dasar pembuktian akal dan pikir kita adapat berkata "Benar Allah Swt itu Esa".
Esa dalam Zatnya
Esa dalam Asmanya.
Esa pada Sifatnya.
Esa pada Af'alnya.
Tiada sifat menyifat atas dirinya, tiada hakikat menghakikatkan atas dirinya. Dan pada dirinyalah berhimpun segala Rahmat dan Nikmat.Dan pada dirinyalah yang terahasia dari yang rahasia namun rahasia itu sendiri tidak akan pernah ada pada dirinya. Itulah Tauhid.

Jangan dicari lagi karena ia sudah laitsya pada dirimu. Namun ia sendiri tidak bertempat,
Ia tidak dibulu.
Ia tidak dikulit.
Ia tidak didaging.
Ia tidak diurat.
Ia tidak didarah.
Ia tidak ditulang.
Ia tidak juga diotak dan tidak di sumsum.

Namun ia ada di inti bathin dari bathin seorang hamba,
Tidak bersuara.
Tidak berkalimah.
Tidak berbekas.
Dia hanya ada didalam keheningan dan kehampaan dirinya sendiri.

Dalam Islam adalah suci atau fitrah.

Wallahu a'lamu bi sawab.


Air Setitik Tim. 
Diposting oleh Air Setitik Team di 8:04 AM 2 komentar  
Label:air setitik Allah, Asal muasal diri, Awal agama, Dzikir, Islam, Ma'rifat, Mengenal Diri, Muhammad, Nur MUhammad, Sufi, Syahadat, Takbir, Taubat, Tauhid 
 
Monday, June 30, 2008
Bagian I: Pengantar Perjalanan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa? 

قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ 

ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ 

لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ 

وَلَمۡ يَكُن لَّهُ ۥ ڪُفُوًا أَحَدُۢ

Allah Swt telah mengisyaratkan akan keesaan-NYA di dalam Al-Qur'an yaitu pada surat Al-Ikhlas ayat 1-4. Disana disebutkan bahwa:
Katakanlah: Dia-lah Allah yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang segala sesuatunya bergantung kepada-Nya.
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkkan.
Dan tiada satu apapun jua yang setara dengan Dia.

Ayat tersebut, sangat gamblang, jelas dan tegas menerangkan tentang ke Esa-an diri-Nya. Namun bagi kita umat manusia, yang menjadi titik permasalahannya adalah sampai berapa jauhkah penelitian, pembelajaran dan penelaahan kita tentang ke Esa-an Allah itu? 

Sesuatu yang kita jadikan keyakinan harus melalui pembuktian. Karena dengan pembuktian itu suatu keyakinan akan menjadi kokoh dan tidak akan pernah pudar ataupun bergeser.

Jika kita ditanya agamamu apa? Secepat kilat kita menjawab bahwa agama kita Islam.

Siapa Tuhanmu? Dengan cekatan kita menjawab Allah Tuhanku.
Siapa Nabimu? Tanpa ragu kita menjawab Muhammad Saw adalah nabiku.


Tapi hanya sebatas itukah pengetahuan kita tentang hal tersebut diatas? Tidakkah terpikir oleh kita untuk menanyakan kembali tentang kebenaran jawaban kita itu pada diri kita masing-masing?
Betulkah Islam itu agama kita?
Apa arti Islam itu yang sebenarnya bagi kita?
sudahkah kita merasakan buah daripada Islam itu pada amaliah kehidupan kita sehari-harinya?

Begitu pula dengan Allah,
Betulkah Allah itu Esa? Apa bukti yang dapat membenarkan tentang ke Esa-an-Nya itu?
Betulkah Allah itu Tuhan kita?

Sedangkan yang kita tahu kalau Allah itu suatu Nama, nama dari Asma'ul Husna. 
Tuhan itu sendiri adalah pangkat atau gelar derajat kebesaran-Nya. 



Mana ujud-Nya? Sebab didalam sifat-Nya yang 13, Wujud adalah sifat-Nya yang awal. Ada Nama ada Pangkat-Nya tentu ada Ujud-Nya. Mustahil Nama dan Pangkat akan berpisah dari yang empunnya Nama dan Pangkat.

Begitu pula dengan Muhammad yang kita akui sebagai nabi terakhir atau penutup dari segala nabi dan rasul yang diturunkan sebagai rahmat semesta alam.
Siapa Muhammad itu sebenarnya bagi kita?
Apa rahasianya bagi Allah dan bagi kita sendiri?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas adalah suatu cambuk bagi kta untuk terus menggali dan mencari tahu tentang kebenaran atas apa yang kita yakini selama ini. Hal ini akan menjadi sepele jika kita hanya menyimaknya sambil lalu, akan tetapi akan menjadi hal yang amat dahsyat dan mendasar apabila kita mau memikirkan dan merenungkannya dengan sungguh-singguh.

Betapa rugi dan sia-sianya hidup ini jika selama ini apa yang kita yakini itu ternyata salah dan keliru. Menganggap Tuhan yang sebenarnya bukan Tuhan, menganggap nabi dari yang sebenarnya bukan Nabi. begitu pula dengan Rasul, Malaikat, Kitab, Qiyamat, dan Akhirat.

Betapa bodoh dan hinanya diri kita ini jika sedangkal itu kita menyikapi masalah-masalah dasar yang menjadi landasan dan pondasi awal kita memeluk dan meyakini Islam sebagai agama yang kita sandang. Tidakkah semua itu pernah terlintas dalam benak kita semua? Sementara kita sendiri diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna dibanding makhluk- makhluk ciptaan-Nya karena Allah Swt telah meletakkan akal dan fikir sebagai pembeda antara kita manusia dengan makhluk ciptaan-Nya.

وَٱلۡعَصۡرِ

إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِى خُسۡرٍ 

إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. "

(Al Qur'an Surat Al-Ashr ayat 1-3)

Demikian pengenalan dasar ini kami sampaikan, dan kami sangat terbuka apabila anda berkenan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dalam rangka amar ma'ruf nahi mungkar untuk mencari diri yang sebenarnya diri.

Pada pembahasan Bab selanjutnya, kami akan menguraikan bab Pengenalan Diri yang lain.
Wallahu a'lamu Bis sawab.



8 komentar:

  1. ” Barang siapa mengenal dirinya niscaya ia mengenal akan Tuhannya,
    kenal akan Tuhannya, maka binasalah dirinya, maka wujudlah Sa Tuhannya ”

    ‎"Mengakhiri kalam tak berkalam, duduk dalam kalam"...

    BalasHapus
  2. Kalau mau memposting risalah orang, ada adabnya mas .. jangan asal copy paste, minimal izin atau permisi.

    TTD
    AIR SETITIK TEAM

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamualaikum bapak Adhie
      Mohon di bimbing dalam mengenal diri
      jika tidak keberatan emailkan ke dyusuf18@gmail.com
      Terima kasih

      Hapus
    2. assalamualaikum saya reggy septa dan saya ingin belajar tentang aku ini apa sebagai landasan " aku bersaksi tiada tuhan selain allah bahwa muhammad adalah utusan allah" saya ingin mempelajari ini . karena saya sudah setengah jalan akan hal ini dikarenakan yang mengajarkan sudah meninggal dan saya takut untuk mengkajinya sendiri karena salah arti.Terima kasih
      salam,

      reggy septa
      reggy.septacharnaen@gmail.com

      Hapus
    3. seperti halnya orang kecelakaan dan saya menyaksikan orang itu kecelakaan berarti aku melihat dan berarti aku tahu dia siapa. begitu halnya dengan 2 kalimat syahadat itu . aku ingin membuktikan bahwa dari judulnya itu sudah benar dan benar itu dzatnya ..
      salam,
      reggy septa

      Hapus
  3. assalamuallaikum, saya ada sedikit pertanyaan tentang 3 huruf hijaiyah Jim, kha, dan kho. ( ج , ح , خ ), seperti yang sudah d jelas kan, mengenai penjelasan dari huruf tersebut, sumber nya dari mana?
    atau pendapat siapa?

    BalasHapus