Apakah Manunggaling Kawula Gusti itu?
Bicara tentang kejawen, tidak lepas dari istilah "Manunggaling Kawula
Gusti". Inilah yang menjadi dasar ilmu Kejawen. Konsep Panunggalan
sebenarnya berpijak pada paham bahwa semua aspek di jagad rat
sebenarnya manunggal.
Nah apakah yang dimaksud Manunggaling Kawula Gusti disini berarti
meleburnya Ciptaan dengan Penciptanya? Melakukan FUSI? Inilah
kekeliruan terbesar para penganut kejawen pada umumnya. Panunggalan
ibarat sesotya lan embane, ibarat mobil lan mesine.
Tidak ada Fusi, tidak ada peleburan, yang ada adalah setiap bagian
menjalankan fungsi masing masing untuk mendukung fungsi yang lebih
besar. SINERGI.
Konsep Panunggalan ini tidak dapat dipisahkan dari faham Sedulur Papat
Kalima Pancer. Orang Jawa memahami bahwa semua bagian di alam raya ini
tersusun atas INTI dan PLASMA. Pancer adalah INTI dan sedulur papat
adalah PLASMA. Benda terkecil yaitu atom terdiri atas Inti Atom
(pancer)dan Kulit Atom (plasma), sel sel yang menyusun tubuh terdiri
atas inti sel dan plasma sel.
Konsep INTI dan PLASMA ini menjadi dasar berputarnya alam semesta.
Agar dapat berfungsi dengan baik maka INTI dan PLASMA harus
bersinergi. Hal ini begitu merasuk di benak orang Jawa. Sampai sampai
dalam berkegiatan ekonomi, diciptakan pasaran. Pasar yang besar dan
komplit serta agak ke pusat kota/ pemerintahan biasanya mengambil
pasaran KLIWON. Kemudian di sekitarnya, di desa desa mengambil Pasaran
yang lain. dan demikian terus sehingga membentuk rantai dengan KLIWON
sebagai inti dan pasaran lainnya sebagai plasma. Bukti ini dapat
dilihat dengan memperhatikan peta pasar di pulau jawa. Tujuannnya apa?
yaitu PEMBERDAYAAN EKONOMI, bahwa Roda Ekonomi tidak hanya berputar di
pusat saja, melainkan di daerah juga ikut bergairah, dus ketika
Pasaran WAGE, semua BUYER & SELLER berbondong bondong menuju Pasar
Wage, dan demikian pula dengan pasaran lainnya.
Dengan demikian tercipta SINERGI antara PUSAT dan DAERAH. PUSAT
sebagai INTI (PANCER) dan DAERAH sebagai PLASMA. Dalam tata kehidupan
yang lain pun demikian BAPAK IBU sebagai Pancer, dan ANAK sebagai
Plasma. Kalau BAPAK IBU dan ANAK bersinergi, yaitu masing masing pihak
menyadari akan fungsi dan peranannya, menyadari akan hak dan
kewajibannya maka akan membentuk keluarga yang sakinah, mawadah, wa
rohmah.
Dalam TATARAN KOSMIS, manusia Jawa lebih GILA lagi. Berprinsip INTI
dan PLASMA, maka GUSTI yaiku GURUNING NGADADI sebagai PANCER dan
SELURUH TITAH GUSTI sebagai Plasma. Oleh karenanya Manusia Jawa
menganggap bahwa SEMUA MAKHLUK / BENDA CIPTAAN GUSTI adalah
BERSAUDARA. Dengan kesadaran ini, maka akan tercipta HARMONI di alam
semesta, satu makhluk tidak menghancurkan makhluk lainnya, maka betapa
indahnya suasana. Manusia tidak akan menjadi sumber polusi yang
menghancurkan kekayaan alam. Hutan nggak akan terbakar, binatang tidak
akan punah, dhemit tidak akan ngganggu.
Kesadaran manusia jawa dalam menghormati alam diwujudkan dalam bentuk
sesaji. Mereka yang tidak mengerti tentu akan menganggap ini musyrik,
sesat, bid'ah, lsp. Namun pahamilah bahwa sesaji mengandung makna
pemeliharaan alam yang luar biasa. Dalam sesaji dibutuhkan bunga
bungaan, tanaman pangan, hewan, dsb. Sesungguhnya ini adalah pelajaran
betapa manusia harus memelihara ekosistem bila ingin berbakti kepada
PANCER-nya. Kalau hewan2 punah, kalau bunga bungaan rusak, maka
Manusia sudah tidak lagi berfungsi sebagai PLASMA, sehingga RUSAKLAH
TATANAN ALAM SEMESTA.
Contoh lain adalah kebiasaan menabur bunga di pertigaan / perempatan
jalan. Sepertinya itu adalah hal yang remeh dan tak berguna. Namun
tahukah rapal mantra ketika menabur bunga? Ini dia rapalnya "Sejatine
aku ORA NYEBAR KEMBANG, nanging NYEBAR KABECIKAN - Duh Gusti muga muga
SEDAYA TITAH PADUKA ingkan nglangkungi prapatan punika tansah wilujeng
lan pikantuk karahayon" (artinya "Sebenarnya aku TIDAK MENYEBAR BUNGA
melainkan MENEBAR KEBAIKAN, Duh Gusti, semoga SEMUA MAKHLUK CIPTAAN-MU
yang melewati perempatan ini selalu selamat dan memperoleh
kesejahteraan"). Kata kata SEMUA MAKHLUK CIPTAAN-MU menunjukkan betapa
jembar segarane, betapa lebar hati seorang Jawa.
Mari bersama sama kita menyadari fungsi dan peran masing masing, serta
hak dan kewajiban masing masing agar tercipta Harmoni dengan alam
semesta, untuk mewujudkan Negara Indonesia yang EKO ADI DASA PURWA,
PANJANG PUNJUNG PASIR WUKIR, GEMAH RIPAH LOH JINAWI, TATA TENTREM
KERTA RAHARJA.
Semarang, 18 Juli 2007
KI SRONDOL RESPATIKASIH
(Disarikan dari sesorah KI SONDONG MANDALI pada Sarasehan Selasa
Kliwonan - Malem Selasa Kliwon 16 Juli 2007)
Kamis, 25 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar